“Kini petani dapat mengelola kebun kopi dengan baik. Khusus untuk menjaga kualitas tanah yang baik, kelompok tani belajar bagaimana menjaga dan menambah kesuburan tanah kebun dengan kompos, yang dibantu oleh Santan Terminal PHKT,” ujarnya.
Baca Juga: Panggon Kopi, Kuliner Murah Meriah di Tawangmangu Karanganyar
Melalui kegiatan Corporate Social Innovation (CSI) Biogreening, Santan Terminal telah mampu mengolah limbah organik dari mitra perusahaan katering menjadi pupuk kompos Santan Terminal. “Kami kelola biji kopi secara manual, masih menggunakan kearifan lokal. Dengan penggorengan tanah. Dengan cara ini kami bisa merasakan menikmati kopi bersama teman, dan tamu yang datang,” kata Rindoni.
Ke depan, produk biji kopi luwak Desa Prangat Baru diharapkan bisa dipasarkan dengan sistem maju dan modern dengan packaging-nya dibantu pihak Pertamina.
Menurut Rindoni, tempat mereka strategis, berada di pinggir jalan provinsi yang menghubungkan kota-kota di Kalimantan Timur.
“Kami harap masyarakat Kaltim bisa menikmati kopi sambil menikmati alam. Kami kembangkan edukasi Kampung Kopi Luwak,” kata Rindoni.
Iman menjelaskan, sebagai salah satu program CSR PHJT DOBU, Program Kapak Prabu sudah dipaparkan ke Dewan PROPER awal Desember lalu. “Semoga ke depannya, Program Kapak Prabu bisa semakin bermanfaat bagi masyarakat,” kata Iman.
Fitriati, Kepala Desa Prangat Baru, mengatakan kopi yang ditanam oleh Kelompok Kampung Kopi adalah kopi liberika, yaitu jenis yang jarang dibudidayakan di Indonesia. Jika kualitasnya bisa dijaga dengan pengemasan yang baik, akan mempunyai potensi besar dalam meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan petani, hingga dapat menjual kopi Kapak Prabu ke luar daerah.
“Kopi di wilayah kami punya potensi besar untuk meningkatkan perekonomian masyarakat,” katanya.