Banjarbaru, Sonora.ID – Menindaklanjuti Kick Off program Sungai Martapura Bungas (Bersih, Unggul, Asri) pada 18 September 2021 lalu, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kalimantan Selatan (Kalsel) menggelar Seminar Sungai Martapura Bungas di Novotel Banjarmasin AirPort Banjarbaru, pada Kamis (23/12).
Seminar yang dibuka langsung oleh Gubernur Kalsel, Sahbirin Noor tersebut, menghadirkan nara sumber utama, yaitu mantan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Doni Monardo yang merupakan salah seorang penggagas Program Citarum Harum.
Seperti diketahui, melalui program Citarum Harum, sungai yang mengaliri 10 Kabupaten dan 3 kota besar serta memiliki DAS sepanjang 12.000 kilometer persegi di pulau Jawa tersebut, telah mengalami perubahan yang sangat baik.
Baca Juga: Keropos dan Sering Dicuri, Pagar Siring Sungai Martapura Diganti Beton
Keberhasilan itulah yang ingin ditularkan Pemprov Kalsel dalam merestorasi dan merediscovery Sungai Martapura sebagai peradaban Kalsel.
“Keberhasilan itu lah yang ingin kita tiru dalam mengembalikan fungsi Sungai Martapura sebagaimana mestinya,” tutur Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kalsel, Hanifah Dwi Nirwana, di sela-sela seminar Sungai Martapura Bungas.
Sasaran jangka panjangnya dari program Sungai Martapura Bungas ini, lanjut hanifah, adalah mengembalikan dan mempertahankan daya dukung ekosistem yang ada di Daerah Aliran Sungai (DAS) Martapura, agar dapat terus mendukung sendi kehidupan yang ada di Kalsel.
Baca Juga: Bersiap! Sungai Martapura Dapat Meluap Lagi, Berikut Dampak Sebarannya
“Pengelolaan DAS Martapura yang komprehensif, terintegrasi dan berkelanjutan dari hulu ke hilir,” lanjutnya.
Sementara untuk jangka pendeknya, lanjut Hanifah, terdapat 2 fokus utama yang akan dikerjakan di tahun depan, dalam rangka mengatasi permasalahan yang ada di Sungai Martapura.
Dari sisi lingkungan hidup, focus pertama yang ingin dikerjakan adalah pengendalian pencemaran air sungai Martapura.
Menurut hasil penelitian yang telah dilakukan, terdapat beberapa pencemar penting di sungai Martapura, yaitu sampah dan limbah domestic dari hasil Mandi Cuci Kakus (MCK) di sepanjang Sungai yang hilirnya di Sungai Barito tersebut.
“Dari hasil pemantauan kami, Sungai Martapura tercemar (Bakteri) Ecoli. Dari sisi lingkungan hidup, kami harus mengendalikan pencemaran itu,” tekad Hanifah.
Baca Juga: Besok Presiden Datang, Sungai Martapura Malah 'Dihiasi' Sampah
Fokus utama selanjutnya, target Hanifah, adalah peningkatan kapasitas Sungai Martapura dalam mereduksi banjir. Seperti diketahui, pendangkalan Sungai Martapura di beberapa titik, turut memberikan andil terjadinya banjir parah pada awal tahun 2021 lalu.
“Kita berharap akan ada kolaborasi dengan Kemen PUPR dalam hal ini BWS (Balai Wilayah Sungai) Kalimantan 3 dalam meningkatkan kapasitas Sungai Martapura,” tuturnya lagi.
Sementara itu, usai membuka acara, Gubernur Kalsel, Sahbirin Noor berharap akan ada Rencana Tindak Lanjut (RTL) yang dihasilkan dari seminar Sungai Martapura Bungas ini, khususnya dari tata kelola sungai.
Baca Juga: Program BUNGAS, Cara Pemprov Kalsel Atasi Persoalan Sungai Martapura.
“Kami berharap ada RTL lah yang dihasilkan dari seminar ini,” papar gubernur yang akrab disapa Paman Birin.
Diakuinya, terdapat beberapa permasalahan yang dihadapi Sungai Martapura, seperti tingkat pencemaran dan persoalan sampah.
“Anda-anda melihat lah bagaimana persoalan yang ada di sungai Martapura,” jelasnya.
Meski diakuinya, masyarakat Kalsel masih dapat berbangga terhadap manfaat yang dihasilkan dari keberadaan Sungai Martapura, yaitu objek wisata pasar terapung yang terdapat di beberapa tempat.
“Alhamdulilah kita masih bisa melihat pasar terapung seperti di siring Piere Tendean dan juga di Lok Baintan,” ucapnya.
Paman Birin menambahkan, pengelolaan sungai menjadi hal penting sebagai salah satu antisipasi terhadap ancaman banjir di musim hujan.
Lebih lanjut dirinya menyampaikan, penanganan musibah baik di musim hujan ataupun kemarau haruslah dilaksanakan sebelum musim tersebut datang.
“Apabila kita ingin mengantisipasi musibah seperti banjir di musim hujan, maka harus dilaksanakan antisipasi di musim kemarau, begitupun sebaliknya. Seperti misalnya pengerukkan sungai, tentu tidak dapat dilakukan di musim hujan,” pungkasnya.
Baca Juga: Bebaskan Lahan Sampai Konsinyasi, Proyek Siring Muara Kelayan Tetap Berjalan