"Keterlambatan warga untuk datang ke RS dan terbatasnya ketersediaan oksigen menjadi salah satu faktor tingginya angka kematian, termasuk kematian yang terjadi di luar rumah sakit yang sebagian dialami kelompok lansia," sambungnya lagi
Lebih jauh, Ia mengungkapkan, jumlah warga yang dikonfirmasi positif Covid-19 di kuartal ketiga tersebut mencakup 48 persen kasus Covid-19 di Kalsel.
"Sedangkan kasus kematiannya mencapai 54 persen, dari awal pandemi hingga 27 Desember 2021," pungkasnya.
Ia membeberkan, Banjarmasin adalah wilayah yang paling besar jumlah kasus selama ledakan varian Delta tersebut.
Tercatat ada 6.407 kasus konfirmasi dan 325 kematian dalam 3 bulan. Hal ini disebabkan Banjarmasin merupakan kota paling besar, paling padat dan paling tinggi mobilitas penduduknya.
"Syukurlah dengan semakin baiknya penanganan pandemi melalui PPKM Level menggunakan standar asesmen WHO, kasus Covid-19 semakin menurun. Pada kuartal ke-4 tahun ini jumlah kasus konfirmasi di Kalsel turun drastis menjadi 484 dan meninggal sebanyak 32 orang," imbuhnya.
Disisi lain, Ia menerangkan, di penghujung tahun ini dunia tengah menyalakan lampu merah akibat penyebaran varian Omicron.
Besarnya kecepatan transmisi varian Omicron tersebut menjadi potensi ancaman. Terutama jika mobilitas penduduk saat ini tidak diperlambat, sehingga ada kemungkinan dari kasus impor menjadi transmisi lokal.
"Meskipun data dan hasil studi awal gejala akibat infeksi varian Omicron ringan dan risiko masuk rumah sakit lebih rendah dari varian Delta, kita harus waspada," tutupnya.
Baca Juga: Dana Habis! Simulasi Pasar Terapung di Siring Piere Tendean Dihentikan