Sonora.ID - Salah satu motivator Indonesia terkemuka, Arvan Pradiansyah pada akhir tahun lalu merilis buku yang berjudul 'Your Mindset Your Destiny'.
Buku yang bisa dikagetgorikan sebagai non-fiksi (self-help) tersebut ternyata didasarkan pada refleksinya saat terkena Covid-19.
Hal ini ia jelaskan dalam siaran bertajuk 'Apa yang Manusia Cari Selagi Masih Ada Kesempatan? Ini Kata Arvan Pradiansyah' yang mengudara di Radio Smart FM (28/12/21).
Melalui bukunya yang berjudul Your Mindset Your Destiny ia menceritakan kisah transformasi pribadi melalui Covid-19.
Baca Juga: Investasi Masa Tua dengan Resolusi Baca Buku di Tahun 2022, Simak 3 Tipsnya
Dalam buku tersebut dikatakan bahwa perubahan mindset itu mendahului perubahan perilaku atau membuat perubahan perilaku menjadi lebih kuat.
Mindset ini bisa dikatakan sebagai akar dari kebahagiaan atau kesedihan yang kamu alami.
Dengan mindset atau pola pikir, kamu bisa menentukan sendiri apakah kegiatan, kehidupan, status, pertemanan, dan segalanya merupakan hal yang membahagiakan atau justru sebaliknya.
Buku tersebut menurutnya terbit bukan karena inisiasi Arvan, melainkan atas dasar panggilan Tuhan.
Dengan diidapnya Covid-19, Arvan berefleksi bahwa selama di ICU ia merasa diberikan waktu oleh Tuhan untuk merenungkan banyak hal.
Selama masa perawatan, Arvan cukup merasa shock dengan banyaknya teman sekamar rawat inapnya yang meninggal.
"Baru ngobrol dua jam sebelumnya taunya dia meninggal," ujar Motivator nasional di bidang Leadership dan Happiness tersebut.
Baca Juga: Tutup Akhir Tahun dengan Apresiasi Diri Sendiri, Ini 3 Tahapan untuk Memulainya
Akhirnya ia mencapai pada titik pemahaman bahwa 'kematian hanya menunggu waktu', terlebih saat ia mimpi melihat dirinya meninggal dan sudah dikubur.
Melalui mimpi tersebut Arvan selalu mengatakan kalau dirinya siap untuk dipanggil dan merelakan kehidupannya.
Namun satu hal yang mengganjal adalah ketika ia khawatir dengan kondisi anak dan ibunya setelah ia meninggal nanti.
Sejak saat itu ia mulai memutar balikkan pikirannya, "aku harus survive, aku harus balik ke rumah dengan kondisi sehat".
Di momen titik balik inilah ia merasa memiliki semangat untuk hidup kembali.
Beberapa refleksi yang ia tarik pula adalah motivator ini menyadari bahwa selama hidup ia belum hidup dengan maksimal.
Seperti terlalu banyak membicarakan hal yang tidak perlu atau menghabiskan waktu untuk kegiatan yang mungkin sia-sia.