Kedua adalah syndrome investor dadakan
Belakangan ini investasi menjadi sebuah tren yang sangat populer, bahkan hingga menyentuh kalangan anak muda.
Nathania mengatakan kalau banyak klien yang datang ke perencana keuangan untuk mengonsultasikan invetastasinya; baik itu investasi legal maupun bodong sekali pun.
Dalam investasi, permaslaahan yang kerap dihadapi adalah para klien ini belum memiliki kondisi keuangan yang sudah siap.
Belum lagi dengan kondisi pasar yang merah kurang baik dan dibentrok dengan kebutuhan mendadak, banyak klien tidak memiliki sisa uang untuk bertahan hidup.
Baca Juga: Masih Jenuh dengan WFH? Simak 4 Tips untuk Pulihkan Semangatmu
Ketiga adalah peningkatan gaya hidup seiring dengan gaji yang meningkat
"Kadang naiknya (taraf hidup) secara gila-gilaan dan buruknya adalah terjerat utang," ujar pakar finansial tersebut.
Menurut analisis Nathania, sebagian besar orang sudah dapat merencanakan keuangannya dengan baik.
Misalnya ketika ada seseorang yang berusaha memanfaatkan peluang dari kenaikan gaji untuk segera mengambil cicilan aset berupa kendaraan, rumah, dan sebagainya atau mengakumulasi kekayaan.
Tapi perencanaan yang baik ini kembali dihadapkan masalah berupa utang, sebagai konsekuensi dari cicilan, namun tidak diiringi dengan aset yang cukup.
Baca Juga: Beda 'Ingin Dikenang' dan 'Pencitraan', Ini 3 Panggung yang Perlu Kamu Pertimbangkan
Padahal saat mencicil pun kamu haru memiliki aset yang cukup.
Ini berguna untuk mempertahankan aset yang sedang dicicil.
Tren keempat adalah yang memiliki kesehatan finansial yang sangat baik namun tidak bisa atau tidak tahu bagaimana cara memanfaatkan keuangannya dengan baik.