Sonora.ID - Berbicara mengenai finansial biasanya hanya identik dengan 'urusan pribadi' atau menyejahterakan diri sendiri.
Padahal urusan finansial juga harus menjadi bahasan bersama agar dapat menciptakan hubungan yang harmonis antar individu.
Tidak jarang terdapat kasus yang memperlihatkan kemelaratan finansial berujung pada hubungan sosial yang buruk.
Oleh karenanya, perlu ada upaya menyejahterakan finansial secara kolektif.
Ini biasanya diakomodir dalam 'kewirausahaan sosial'.
Tidak ingin tumbuh maju berkembang sendiri tapi bersama-sama, merupakan salah satu semangat yang dibawa oleh kewirausahaan sosial.
Konteks kesejahteraan juga baiknya tidak menjadi aset pribadi melainkan juga untuk orang lainnya.
Eko Pratomo dan Mohamad Teguh selaku pakar finansial dari Halo FINA bersama Bambang Ismawan membicarakan hal ini dalam siaran bertajuk 'Kecerdasan Financial Untuk Indonesia' yang mengudara di Radio Smart FM (12/1/22).
Baca Juga: Ternyata Kesehatan Manusia Berkaitan dengan Kesejahteraan Hewan, Kok Bisa?
Lalu apa yang menjadi indikator kesejahteraan?
"Yang namanya sejahtera merujuk pada keadaan yang baik dalam kondisi manusia yang mana orang-orangnya dalam keadaan makmur, sehat, dan damai. Jadi bukan hanya keuangan saja, tetapi juga kesehatan dan lainnya," jelas Teguh.
Keuangan yang sejahtera itu sendiri diartikan sebagai kondisi keuangan yang mampu memenuhi kebutuhan hidup, bukan memenuhi kebutuhan tersier ataupun sekunder yang umumnya lebih dikenal sebagai 'keinginan semata'.
Hanya saja banyak orang yang tidak mengetahui mana kebutuhan dan keinginan sehingga merasa tidak sejahtera.
Kadang kadang mengorbankan kebutuhan untuk memenuhi keinginannya bahkan dengan jalan berutang sekali pun.
Pemberdayaan Masyarakat Kecil melalui Kewirausahaan Sosial
Bambang Ismawan selaku pendiri Bina Swadaya mengatakan kalau upayanya memberdayakan masyarakat ini berawal dari rasa malu melihat adanya orang Belanda yang masih peduli dengan kondisi kemiskinan di kalangan masyarakat desa.
Akhirnya Bambang menginisiasikan ekonomi swasembada untuk warga kecil.
"Banyak orang Indonesia yang miskin harus berjuang mati-matian hanya untuk memperoleh kebutuhan dasar hidup, dari dahulu hingga hari ini," ujarnya.
Karena konteks tersebut maka perlu ada pemberdayaan terhadap warga kecil ini.
Lebih lanjut ia menjelaskan, "penyebab utama kemiskinan di Indonesia menurutnya adalah kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang kurang hingga berdampak pada keuangan, teknologi, dan kelembagaan yang kurang baik".
SDM rendah dapat diindikasikan oleh pendidikan yang rendah.
Pendidikan rendah ini akhirnya menjadi fokus usaha mikro seperti yang dilakukannya, agar kelompok yang berpendidikan rendah ini bisa memilki kesadaran yang lebih baik terhadap finansial dan pengelolaan kebutuhan hidup.
Baca Juga: Ladies, Buka Mata! Ini 5 Alasan Wanita Harus Mandiri Secara Finansial