Pisang sebagai Makanan Otak
Memberi makan mikrobioma usus juga rupanya dapat menyehatkan mental. Para peneliti menemukan, perubahan pada mikrobioma usus dapat memodifikasi komunikasi ke otak dan mengubah seberapa baik otak dan usus dalam mengiriman informasi.
Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Clinics and Practice pun menunjukkan, ada hubungan antara peradangan terkait dysbiosis dengan penyakit mental, seperti kecemasan dan depresi.
Jadi, mempertahankan mikrobioma yang seimbang di usus dapat meningkatkan kesehatan mental dan kesehatan fisik. Namun hal ini masih perlu diteliti lebih lanjut.
Apakah Pisang Bersifat Diuretik?
Pisang disebut-sebut dapat mencegah perut kembung. Dengan meredakan peradangan, serat prebiotik yang larut dalam pisang dapat membantu meredakan sembelit yang menjadi penyebab umum kembung.
Tingkat potasium pisang yang tinggi juga membantu ginjal membuang kelebihan air dan garam dari tubuh, mendorong efek diuretik yang mengurangi retensi air dan kembung.
Potasium dalam pisang juga membantu ginjal mempertahankan tekanan darah yang baik.
Jika terlalu banyak air dan garam dalam tubuh kita saat ginjal tidak bekerja dengan baik, dinding arteri pun akan tegang dan meningkatkan tekanan darah serta risiko penyakit jantung.
Baca Juga: Resep Membuat Pisang Goreng Madu Gurih Manis Cocok Untuk Camilan
Menjaga Kesehatan Usus
Pisang memang dapat memberi makan mikrobioma usus dengan serat prebiotik-nya sehingga dapat membantu kita menjaga kesehatan usus.Untuk hasil terbaik, kita juga perlu makanan tinggi serat lain. Namun kita perlu membatasi asupan antibiotik.
Antibiotik dapat memiliki efek samping berupa diare, diare atau sembelit, gas, kram, dan mual. Jadi, konsumsi saja makanan seperti bawang putih, bawang bombay, apel, asparagus, dan dandelion greens.
Lalu, sebisa mungkin kurangi makanan yang diproses berlebihan seperti makanan cepat saji atau makanan kemasan. Sebab, makanan ini memiliki probiotik rendah.
Bahkan, penelitian yang dilakukan oleh Gastroenterology and Hepatology juga mengungkapkan, paparan makanan yang diproses berlebihan saat masa anak dan remaja dapat berdampak buruk pada kesehatan usus saat dewasa.