Sonora.ID - Neonomora kembali hadir di industri musik Indonesia dengan album 'Inflammable' setelah vakum selama tiga tahun.
Perilisan 'Inflammable' ini menjadi album ketiga miliknya selama berkecimpung di dunia musik sebagai penyanyi genre dark-folk indie.
Tetapi, pada album ketiganya kali ini, Neonomora merubah seluruh gaya bernyanyi dan lagu yang diproduksinya.
Hal ini ia ungkapkan melalui program Motion Work Day yang tayang melalui kanal YouTube Motion FM.
Pelantun You Want My Love ini mengaku bahwa dirinya dahulu memiliki genre bernyanyi dark-folk, rock-indie, dan alternative.
Ini memberikan kesan kuat pada penampilan Neonomora ketika dirinya masih aktif sebelum vakum selama tiga tahun.
Tetapi, pada album 'Inflammable' kali ini, Neonomora merubah genre bernyanyinya menjadi pop-R&B.
"Sekarang tuh lebih pop-R&B. That's a huge of change, makes me changes as a person as well," ujar Neonomora.
Karena perubahan genre tersebut, Neonomora pun menggaet beberapa penyanyi dengan alur musik yang sama, seperti Teza Sumendra, Teddy Adhitya, Jevin Julian, dan masih banyak lagi untuk berkolaborasi melalui 'Inflammable'.
Baca Juga: Teddy Adhitya Rilis Single 'Masa Depan', Sebuah Pencerahan untuk Menyikapi Keadaan
"Sebelumnya, gue gak pernah mikir akan bikin lagu sama mereka. Kayak, I did nothing for a second that I would make a song with them, karena mereka beda," ujar penyanyi kelahiran 1988 ini.
Meskipun terasa sangat baru, Neonomora tetap menganggap kesempatan tersebut sebagai pengalaman eksploratif untuk dirinya.
Terlebih, Neonomora sudah tumbuh dengan mendengarkan berbagai macam genre musik yang ada.
Sehingga, ia merasa dirinya tidak perlu mengotak-ngotakan jenis genre tertentu untuk dirinya berkarya.
"Gue enggak bisa dikotak-kotakin kayak ya udah lo jadi folk-indie aja. So, seumur hidup lo akan bikin folk-indie kayak bosen banget hidup gue," ujarnya sembari tertawa.
Oleh sebab itu, Neonomora selalu ingin mendapatkan pengalaman baru melalui produksi album dan musik miliknya.
Karena menurut dirinya, hasil dari produksi album dan musik hanya mengambil 10% dari tingkat kepuasannya.
90%-nya ada pada saat dirinya lebih mengeksplor diri ketika memproduksi lagu dan album yang ingin dirilisnya.
"The outcome is just like a 10%, but the 90% is about exploring yourself," pungkas Neonomora.