Moms Dads, Ini Cara Cegah dan Obati Trauma Anak menurut Psikolog: Anak Harus Selamat!

31 Januari 2022 17:00 WIB
Anak mengalami trauma
Anak mengalami trauma ( Anxiety.org)

Sonora.ID - Dari sekian rentang umur, umur saat anak belia adalah kelompok yang paling rentan dalam membentuk perasaan trauma.

Permasalahan dari kerentanan ini adalah trauma tersebut bisa saja tersimpan dalam waktu yang lama bahkan ketika ia sudah dewasa.

Tumbuh dewasa dengan trauma ini cukup mengkhawatirkan karena perasaan tersebut cenderung semakin sulit untuk dihapus. 

Oleh karenanya, sejak kecil, anak perlu selamat dari trauma. 

Hal ini sebagaimana disampaikan oleh Astrid Regina Sapiie, Psikologi Klinis 'Bagaimana Mengelola Emosi Agar Anak Tidak Trauma' dalam siaran Radio Sonora FM (28/1/22). 

Baca Juga: Olahraga High-Intense Percepat Turun Berat Badan atau Sebabkan Trauma? Ini Penjelasan Dokter!

"Sederhananya gini, emosi itu adalah energi. Jika trauma tidak diselesaikan sejak dini maka ada energi yang tersimpan dalam memori itu sehingga energi emosinya berkurang," jelasnya.

Jika energi emosi tersbeut berkurang, anak tidak akan bisa merespon secara emosional yang sifatnya lepas. 

Sebagai contoh, ketika menangis anak akan terus-terusan menangis dan sulit mengontrol tangisnya.

Atau penampakan muka anak jadi terus murung dan dibaluti dengan rasa kecewa. 

Alhasil anak tidak bisa merespon kehidupan dengan nyaman.

Baca Juga: Sempat Ingin Membunuh Ayahnya Sendiri, Will Smith Bagikan Kisah Masa Kecilnya

CEO Dear Astrid tersebut juga mengatakan perlunya pembangunan diri anak dari internal keluarga. 

"Agar anak tidak mudah trauma, dia harus merasa dia punya otonomi, kuat, berdaya, dan merasa mampu mengendalikan diri dalam situasi-situasi tertentu," ujar CEO Dear Astrid. 

Artinya ini tidak akan jauh dari metode parenting, baik secara preventif dan kuratif. 

Dari sisi preventif Astrid mengatakan, "otomatis persyaratannya orang tua harus memiliki rasa penuh perhatian, memberdayakan, dan memberikan anak kesempatan untuk tumbuh sesuai umurnya dan tantangannya. Anak diebrikan kesempatan untuk menembuhkan rasa percaya". 

Dari sisi kuratif atau mengobati trauma, orang tua harus hadir di momen anak mengalami kejadian tidak menyenangkan. 

Baca Juga: Sempat Trauma Dipecat, Oncy: Aku Diyakinkan dengan Anak-anak 'Ungu'

Orang tua harus hadir sembari memberikan pemahaman kalau dari kejadian tersebut anak bukan lah satu-satunya yang salah. 

Orang tua bisa memberikan pengertian kalau dari kejadian tersebut, anak hanya kurang mampu mengendalikan dirinya dan faktor eksternal jauh lebih kuat dibandingkan dengan kemampuan anak.

Selain itu, orang tua juga bisa memberikan rasa empati seperti moms dan dads mungkin akan mengalami hal yang serupa seperti anak jika kejadiannya sedemikian rupa. 

Maka dari itu, orang tua harus hadir sebagai pemberi makna dari kejadian-kejadian yang baru dialami anak.

Jika orang tua tidak hadir, dikhawatirkan anak tidak bisa merasa nyaman dalam menjalani kehidupannya, terutama dalam menghadapi hal-hal baru. 

Baca Juga: Pernah Nyangkut di Toxic Relationship? Ini 3 Tanda Trauma yang Sering Diabaikan

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
92.0 fm
98.0 fm
102.6 fm
93.3 fm
97.4 fm
98.9 fm
101.1 fm
96.7 fm
98.9 fm
98.8 fm
97.5 fm
91.3 fm
94.4 fm
102.1 fm
98.8 fm
95.9 fm
97.8 fm
101.1 fm
101.1 Mhz Fm
101.2 fm
101.8 fm