Sonora.ID - Saat ini, penggunaan ponsel menjadi sangat massive terjadi di masyarakat Indonesia.
Dari segala lapisan umur, hampir seluruh orang sudah memakai dan memegang ponselnya masing-masing.
Pada awalnya, ponsel memang sudah ditujukan untuk memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk berkomunikasi dengan orang lain tanpa ada hambatan ruang.
Hal ini terbukti dengan adanya kemudahan dalam mengakses informasi di era digital saat ini karena semua sudah tersedia melalui ponsel yang terhubung pada internet.
Tetapi sayang, seiring berjalannya waktu, tujuan awal ponsel malah tergeser dan menjadi menyimpang.
Baca Juga: 5 Besar Ponsel Paling Laku di Tahun 2021, Jadi Pasaran atau Nge-tren?
Penggunaan ponsel yang terlalu konstan akan mempengaruhi perilaku seseorang ketika berinteraksi dengan sesamanya di dunia nyata.
Melalui program Smart Happiness, Arvan Pradiansyah yang berprofesi sebagai motivator pun membagikan pengalaman anaknya yang kecanduan bermain game pada ponsel.
Arvan mengatakan bahwa salah satu anaknya pernah berada di fase kecanduan game dan merubah perilaku dalam berinteraksi.
Motivator tersebut mengatakan bahwa sang anak akan merespon panggilan dari orang tuanya dengan nada ketus karena merasa aktivitasnya sudah diganggu.
"Nadanya udah meninggi dan dari intonasinya itu, dia merasa sangat terganggu karena asik sekali dengan gamesnya ini," ujar Arvan.
Baca Juga: Diduga Geledah Ponsel Warga Seenaknya, Aipda Ambarita Dimutasi ke Humas
Tentu, jika hal tersebut tidak ditindaklanjuti dengan serius oleh para orang tua, perilaku sang anak akan menjadi sangat buruk ketika terjun di lapangan masyarakat.
Oleh sebab itu, Arvan mengatakan bahwa kematangan tingkat usia merupakan aspek penting yang wajib diperhatikan sebelum seseorang menggunakan ponsel.
"Penggunaan sosial media atau smartphone itu membutuhkan kematangan," jelas Arvan.
Jika dirasa seorang anak masih belum bisa menggunakan ponsel dengan bijak dan matang, motivator tersebut menegaskan untuk tidak memberikan alat elektronik tersebut.
Terdapat dampak positif yang Arvan berikan ketika dirinya membatasi sang anak untuk menggunakan ponsel.
Sang motivator mengaku bahwa dirinya sudah berhasil membuat si anak lepas dari ponsel selama 6 bulan.
Hasil yang diberikan pun sangat baik karena sang anak sudah mampu berinteraksi secara normal dengan kedua orang tuanya.
"Alhamdulillah, sekarang udah bisa diajak ngobrol. Sebelumnya, baru dipanggil namanya aja udah (kayak), apa sih?" jelas Arvan.
Maka dari itu, para orang tua harus bisa lebih tegas untuk menekankan perarturan penggunaan ponsel pada anak-anak yang belum matang secara usia.
Jangan biarkan interaksi yang seharusnya berjalan lebih baik di dunia nyata malah rusak akibat hadirnya ponsel yang memiliki tujuan untuk mempermudah komunikasi.
Kondisi tersebut hanya akan menghasilkan paradoks nyata yang ternyata membuktikan bahwa tujuan ponsel sudah menyimpang jauh dari target awal.
Baca Juga: Apple Resmi Rilis iPhone 13 Series, Berikut Spesifikasi dan Harganya!