Sonora.ID - Bali menjadi salah satu destinasi wisata yang sangat menarik dan selalu berkesan bagi para wisatawan domestik maupun mancanegara.
Dengan panorama alam yang indah dan mempesona, Bali juga memiliki beragam kesenian, adat, dan budaya yang sangat terjaga sampai sekarang.
Hal tersebut dibuktikan dengan adanya berbagai upacara adat di Bali yang ada beragam dan sampai sekarang masih dilestarikan. Lalu, apa saja upacara itu?
Berikut beberapa Upacara Adat di Bali yang Terkenal dan Populer
Baca Juga: Unik! Usir Hama Tikus, Upacara Ngaben Bikul di Badung Bakar 250 Ekor Lebih
Upacara Ngaben
Upacara adat yang pertama yang sudah terkenal dan populer adalah Upacara Ngaben. Upacara ini, sebenarnya adalah prosesi pembakaran mayat atau kremasi bagi umat Hindu Bali.
Upacara ngaben ini ditujukan sebagai simbol untuk menyucikan roh orang yang sudah meninggal.
Secara harfiah, ada tiga pendapat arti kata Ngaben. Pertama, ada yang percaya bahwa ngaben berasal dari kata "Beya" yang artinya bekal.
Kedua, ada juga yang mengartikan dari kata "Ngabu" atau menjadi abu. Dan ketiga, ada pula yang mengartikan ngaben berarti penyucian dengan menggunakan api.
Nah, bagi kamu yang ingin menyaksikan langsung ritual tersebut di Bali tidak mudah karena memang tidak setiap orang yang mengadakan upacara ini ketika ada anggota keluarga yang meninggal.
Memgingat banyak orang yang tidak melakukan upacara ngaben saat ada anggota keluarga yang meninggal adalah faktor finansial yang tidak memungkinkan.
Upacara ini merupakan ritual yang membutuhkan dana cukup besar. Biasanya bagi yang tidak memiliki finansial yang cukup, maka akan menunggu ngaben massal.
Baca Juga: Kapolda Pimpin Pengambilan Sumpah dan Penandatanganan Pakta Integritas Seleksi Sekolah SIPSS Ta.2022
Upacara Mepandes
Upacara mepandes/metatah adalah upacara potong gigi yang termasuk dari bagian upacara keagamaan di Bali. Bagi umat Hindu yang sudah beranjak dewasa, giginya akan dipotong atau dikikir.
Gigi yang dipotong atau dikikir adalah gigi taring. Tujuan atau makna dibalik ritual ini adalah bentuk pembayaran dari orang tua kepada si anak untuk menghilangkan sifat buruk pada diri anak atau yang disebut dengan Sarip (Enam musuh yang ada didalam diri manusia) .
Umumnya pelaksanaan upacara potong gigi ini bersamaan dengan upacara adat di Bali yang lain seperti Ngaben atau saat pernikahan, hal ini tentu untuk menekan budget yang di keluarkan.
Karena untuk mengadakan upacara Mepandes atau posting gigi ini juga mengeluarkan biaya yang tidak sedikit.
Baca Juga: Upacara Tedhak Siten, Tradisi Jawa Tengah Agar Anak Sukses di Masa Depan
Upacara Melasti
Upacara adat ketiga ini merupakan bentuk ritual penyucian diri saat akan datang hari raya Nyepi. Umumnya upacara yang satu ini dilakukan 3 hari sebelum hari raya Nyepi.
Pelaksanaan upacara melasti biasanya di pinggir pantai. Pemilihan tempat tersebut untuk memudahkan proses penyucian diri dari perbuatan buruk dan membuangnya ke lautan. Air laut sendiri di agama Hindu merupakan air kehidupan.
Tak hanya untuk penyucian diri, upacara ini juga biasa dilakukan untuk membersihkan benda sakral seperti Pratima.
Untuk melakukan upacara ini masyarakat akan berkelompok menurut asalnya. Setelah itu kelompok tersebut akan menuju sumber air yang sudah ditentukan.
Upacara Saraswati
Hari raya Saraswati ini merupakan peringatan turunnya ilmu pengetahuan yang biasa dirayakan 6 bulan sekali sesuai kalender Bali.
Ritual ini tujuannya untuk belajar semua ilmu pengetahuan dengan hati yang jernih dan rasa bakti pada Sang Hyang Saraswati.
Ritual ini dilakukan dengan cara memberikan persembahan banten saraswati untuk semua buku, lontar, hingga pustaka suci lain lalu ditutup dengan sembahyang menyembah Dewi Saraswati.
Baca Juga: Upacara Serah Terima Jabatan Wakapolresta Yogyakarta
Upacara Omed-Omedan
Upacara adat di Bali yang terakhir adalah Omed-omedan. Upacara ini merupakan ritual yang diadakan setiap tahun.
Pelaksana upacara ini adalah para pemuda dan pemudi dari Banjar Kaja, Denpasar Selatan.
Omed-omedan ini sendiri hanya dilakukan para pemuda dan pemudi yang sudah berusia 17 tahun dan tidak boleh lebih 30 tahun.
Tujuan ritual ini untuk meminta keselamatan. Cara melakukan ritual ini adalah dengan membagi peserta menjadi dua kelompok yaitu perempuan dan laki-laki.
Posisinya kedua kelompok berhadapan dan mulai tarik menarik ketika mendapat aba-aba dari sesepuh desa. Jumlah pelaksana laki-laki sebanyak 40 dan perempuan 60.
Itu dia sebagian jenis upacara adat di Bali yang perlu diketahui.
Budaya dan adat di pulau Dewata patut dibanggakan dan terus dilestarikan karena itu merupakan kekayaan budaya tanah air yang tidak ada duanya.
Baca Juga: Upacara Serah Terima Jabatan Wakapolresta Yogyakarta