Sonora.ID - Sosok Simon Leviev sedang menjadi buah bibir seantero Netflix. Ia digambarkan sebagai pemilik karakter penipu super perfek dalam film ‘The Tinder Swindler’.
Film ‘The Tinder Swindler’ tayang sejak 2 Februari 2022. Film dokumenter ini digarap oleh sutradara hebat bernama Felicity Morris.
Ia juga dikenal melalui film mini dokumenter berjudul ‘Don't F**k with Cats: Hunting an Internet Killer’.
Film ‘The Tinder Swindler’ bercerita tentang seorang penipu super perfek yang dikenal dengan nama Simon Leviev.
Baca Juga: Sosok Almarhum Hj Ailuny Husni di Mata Herman Deru
Tentang film ‘The Tinder Swindler’ dan penipu super perfek Simon Liviev
Dalam film tersebut diketahui bahwa Simon Leviev berhasil menipu 3 gadis dengan imimg-iming kehidupan cinta yang serba sempurna.
Simon Leviev melakukan aksinya melalui Tinder, aplikasi kencan secara daring yang cukup populer di masa sekarang.
Berdasarkan film ‘The Tinder Swindler’ Simon Leviev telah meraup hasil uang tipuan sebesar 10 juta dollar atau setara dengan Rp143,7 miliar.
Baca Juga: Film Caitlin dan Kevin, Cara Nonton 'Married with Senior' di Vidio
Pengusutan kasus penipuan Simon Leviev dari aplikasi Tinder dalam film ‘The Tinder Swindler’ dibantu oleh para jurnalis, polisi, dan para korban.
Para korban yang tampil dalam film ‘The Tinder Swindler’ adalah Kristoffer Kumar, Erlend Ofte Arntsen, dan Ayleen Charlotte.
Meski begitu, ada banyak korban penipuan Simon Leviev lainnya yang tidak ikut tampil dalam film.
Lantas, sebenarnya siapa Simon Leviev sebenarnya?
Sebenarnya, siapa Simon Leviev?
Dikutip dari laman Kompas.com, Simon Leviev memiliki nama asli Shimon Hayut.
Pria yang disebut-sebut sebagai penipu dalam film ‘The Tinder Swindler’ ini berusia 31 tahun dan lahir di Bnei Brak, Israel.
Cara Simon Leviev merenggut korbannya ke dalam sarang tipuan adalah dengan menunjukkan kehidupan pribadinya yang super mewah, mengaku sebagai putra dari miliarder Israel, yang dikenal sebagai ‘Raja Berlian’, Lev Leviev.
Di samping itu dalam film ‘The Tinder Swindler’ dipaparkan dengan jelas bahwa Simon Leviev tidak memiliki hubungan apapun dengan keluarga Lev Leviev.
Tidak hanya itu, Simon Leviev pun melancarkan aksinya dengan mengaku sebagai CEO dari LLD Diamonds, perusahaan pemasok berlian.
Kemudian si penipu super perfek ini memanfaatkan aplikasi Tinder.
Baca Juga: Menarik! 4 Film Ini Ternyata Jadi Inspirasi Drakor Our Beloved Summer
Tidak lupa, agar semakin meyakinkan Simon Leviev memamerkan kekayaannya, gaya hidup yang super mewah, dan perlakuan yang romantis kepada para korban.
Simon Leviev seakan bisa dengan mudah menyihir para korban dan memastikan kalau seluruh kebutuhan para korban terpenuhi.
Mulai dari material, janji manis, hingga perlakuan bak ratu dan raja. Setelah para korban percaya dan menikmati hubungan mereka dengan Simon Leviev, ia mulai melancarkan aksinya.
Motif yang dilakukan oleh Simon Leviev adalah dengan mengaku bahwa ia sedang dalam keadaan genting dan membutuhkan uang dalam jumlah yang sangat besar.
Lantas, Simon Leviev meminta akses kartu kredit korban agar keberadannya tidak bisa dilacak. Berdasarkan pengakuan para korban senilai 20.000 dollar AS (Rp 287 juta).
Ada pula korban lainnya yang mengaku kehilangan hingga lebih dari 200.000 dollar AS atau sekitar Rp 2,8 miliar karena ulah Leviev.
Sekarang Simon Leviev ada di mana?
Digambarkan dalam film ‘The Tinder Swindler’, Simon Leviev telah dijatuhi dakwa dengan tuduhan pencurian, pamalsuan, dan penipuan pada 2011 lalu di negara asalnya.
Kendati begitu sebelum dijatuhi hukuman Simon Leviev berhasil melarikan diri. Kemudian, pelarian si penipu ini terhenti di Finlandia.
Lalu, Simon Leviev kembali ke Israel pada tahun 2017. Berlagak tak bersalah, Simon Leviev kembali menjalankan aksinya dengan melarikan diri dan mengganti identitas.
Para korban penipuan Simon Leviev mulai bersorak gembira, lantaran Simon Leviev kembali masuk bui tahun 2019.
Akan tetapi, The Times of Israel melaporkan bahwa Leviev hanya menjalani hukuman selama 5 tahun penjara.
Pernilla Sjoholm, salah satu korban Leviev dalam film ‘The Tinder Swindler’, menerima kabar bahwa Simon Leviev masuk bui, tapi menurutnya ini tetap tidak adil.
“Saya terkejut atas pembebasannya. Saya sangat kecewa dengan sistem peradilan (Israel) yang memberikan pengurangan hukuman kepada orang seperti itu,” kata Sjoholm.
“Dia (Leviev) menipu orang dan dibebaskan dari penjara setelah lima bulan? Yang benar saja,” sambung Sjoholm.