"Kemampuan (omicron) untuk bereplikasi di bagian bawah paru-paru itu lebih lambat, 10 kali lebih lambat dari varian Delta," ujar dr. Santi.
Oleh sebab itu, Omicron lebih cepat menular ketika dropplets seseorang menyebar di udara pada lingkungan masyarakat.
Varian mutasi Sars Corona Virus-2 yang terletak pada bagian atas paru-paru ini lebih mudah terlontar sebagai ketika seseorang membuka mulut atau bernafas.
"Karena dia banyaknya di atas, maka lebih mudah terlontar ke luar," ucap dr. Santi.
Dalam sekali hembusan nafas atau lontaran dropplets seseorang yang terkena Omicron, terdapat banyak sekali varian mutasi Sars Corona Virus-2 itu di dalamnya.
Meskipun lebih mudah menular terhadap orang lain, Omicron memiliki gejala lebih ringan dibandingkan varian mutasi virus lainnya.
Baca Juga: Jenis Masker untuk Menangkal Omicron, Ketahui Sebelum Mencapai Puncaknya pada Februari 2022
Ternyata, hal tersebut ada pengaruhnya dengan kemampuan beranak-pinak Omicron yang lebih lamban pada bagian bawah paru-paru seseorang.
"Maka, jumlah virus yang ada di daerah paru-paru menjadi lebih sedikit daripada yang ada di bagian atas," jelas dr. Santi.
Hal ini membuat paru-paru pengidap Omicron relatif lebih aman ketimbang yang menderita varian Delta.
"Sehingga, jarang tuh pasien Omicron yang sesak nafas," ucap sang dokter.
Meskipun memiliki gejala lebih ringan, masyarakat Indonesia harus tetap waspada dengan penularan Omicron.
Jika tidak diantisipasi dengan baik, penularan Omicron menjadi semakin cepat dan menyebabkan tidak berhentinya pandemi virus yang menyerang sistem pernafasan ini.
Baca Juga: Varian Omicron Menyebar, Ini 4 Tips Hindari Virus Selain dari Protokol Kesehatan