Solo, Sonora.ID - Di sepanjang Jalan Pemuda Kabupaten Klaten, banyak sekali makanan yang berjajar dengan harga yang terjangkau dan rasanya juga tidak mengecewakan.
Salah satu kuliner yang menarik di Jalan Pemuda Klaten ini adalah Sate Cak Ali.
Sate Cak Ali ini berlokasi di sebarang Kantor Pos Klaten. Yang megejutkan, Pemilik Sate ini, Haji Ali ternyata sudak meninggal dunia.
Haji Ali yang merupakan orang Madura asli ini datang ke Klaten sekitar tahun 1980 an dengan niat untuk mencari peruntungan sebagai penjual sate.
Warung Sate yang sudah eksis sejak tahun 1980 an ini, tak perlu di ragukan lagi popularitasnya. Saat itu warung sate ini belum berjualan di kota, namun masih berjualan di desa tepatnya di Kecamatan Wedi.
"Dulu awal mula jualan di tahun 1980 itu awalnya di Wedi. Waktu itu dari rumah ke tempat jualan Abi pakai andong karena dulu jualan masih dipikul," Norlaila menceritakan awal mula Abinya berjualan.
Setelah berjualan di desa, berlanjut buka di kota. Namun berjualan di kota juga belum menetap, masih berpindah-pindah.
"Setelah itu buka di kota Klaten tepatnya di depan toko Istana Kado. Terus pindah di depan BNI, dulu belum ada bank BNI di situ. Terus akhirnya pindah di sini sampai sekarang," terang Norlaila.
Norlaila menceritakan bagaimana perjuangan orang tuanya saat berpindah-pindah tempat jualan dan semua kendala yang dialami orang tuanya.
Baca Juga: Melegenda, Ayam Bakar Mbok Tiyem Wonogiri yang Sudah Berdiri Sejak 1960
Namun, dari semua kendala yang ada, Almarhum Haji Ali tetap berjuang dan berjualan.
"Namun perjuangan berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain itu juga tidak mudah tidak langsung ramai, terlebih saat berpindah ke seberang jalan di tempat sekarang berjualan," tutur Norlaila.
Perjuangan Orang tua Norlaila yang menunggu pelanggan dilokasi yang lama karena dilokasi baru tidak semua pelanggannya tahu.
"Dulu umi sampai duduk di pinggir jalan untuk jagain pelanggan yang datang untuk beli sate di lokasi yang lama. Karena saat pindah di lokasi baru tidak semua pelanggannya tahu," imbuhnya.
Setelah Haji Ali meninggal dunia, warung Sate Cak Ali sekarang dikelola oleh anaknya yang bernama Norlaila (34). Menurut pengakuan Norlaila, dirinya telah membantu orang tuanya sejak kecil, meskipun hanya membantu menusuk sate.
Di tahun 2012, Norlaila rela untuk menunda skripsinya dimana saat itu Haji Ali, Abinya, sakit dan saat itu belum memiliki karyawan. Mulailah Norlaila membantu mengelol warung sate ini untuk menggantikan Abinya.
"Waktu itu saya benar-benar baru terjun, saat saya skripsi di tahun 2012. Karena waktu Abi sakit dan nggak punya pembantu," jelasnya.
Norlaila mengaku bahwa saat Abinya sakit itu, dirinya sangat sulit sekali untuk mencari pembantu. Kesulitan itu dikarenakan berjualan sate memiliki banyak tantangan yang di rasanya berat.
"Karena dulu cari pembantu itu sangat sulit, karena kalau mau ikut jualan sate itu berat, kalau duduk bisa dalam durasi yang lama, sekalipun berdiri juga lama semua bisa berjam-jam," sambungnya.
Baca Juga: Bubur Pedas Khas Kalimantan Barat yang Menggugah Selera
Namun, setelah lulus dari kuliahnya sekitar tahun 2014, Norlaila menghabiskan waktunya untuk berjualan di warung.
"Setelah tahun 2014 Saya memutuskan untuk secara penuh membantu pekerjaan Abi dan Umi berjualan sate," jelasnya.
Di Tahun 2020, saat kedua orang tuanya meninggal, Barulah Norlaila secara penuh bertanggung jawab dan menjalankan bisnis Warung Sate milik keluarganya tersebut.
"Saya baru memulai 2020 kalau dulu yang pegang Abi sama Umi saya," terangnya.
Norlaila memegang Kendali penuh di Warung Sate ini. Mulai dari berbelanja bahan dan segala keperluan di lakukan oleh Norlaila sendiri demi menjaga kualitas.
"Dari mulai kulakan beras, daun, gula dan kacang. Karena semua bahan baku itu bahan baku pilihan, enggak bisa sembarangan," sambungnya.
Selain menggunakan bahan-bahan pilihan, Norlaila mengaku bahwa dirinya masih memegang resep yang diajarkan oleh umi nya dulu. Mulai dari takaran hingga cara memasaknya, Norlaila mengaku masih menggunakan cara yang diajarkan uminya demi menjaga cita rasa yang ada.
"Selain itu cara dari takaran bumbu hingga cara masak semua diajarkan secara detail sama umi. Karena itu saya masih bisa membuat sate seperti yang umi buat," imbuhnya.
Baca Juga: Lapas Wonogiri Siapkan Aplikasi Layanan Pengiriman Makanan Bagi Narapidana
Seperti sate ayam pada umumnya, Norlaila berkata jika yang membedakan sate Cak Ali dengan sate ayam yang lain adalah proses pengolahannya yang membuat sate ini menjadi khas.
"Kalau dari (sate) yang lain sebetulnya sama, tapi pengolahan Umi berbeda. Karena pengolahannya Umi itu lama. Kelebihannya kalau kita beli sekarang di makan besok pagi pun masih enak," tegasnya.
Bahan yang digunakan juga tidak menggunakan bahan dengan kualitas yang rendah.
"Selain itu gula kalau nggak bagus umi juga nggak mau. Potongan dagingnya juga beda. Lontongnya punya umi juga jauh lebih besar dan padat," imbuhnya.
Warung sate Cak Ali merupakan warung sate recommended di Klaten, selain cita rasa yang disajikan sangat khas, harga yang dibandrol juga sangat terjangkau. Hanya dengan Rp 15 ribu saja, sate ayam Cak Ali sudah siap untuk di santap. Jika ingin menggunakan lontong, cukup menambah Rp 3 ribu rupiah saja. Tak heran, jika harga yang sangat terjangkau itu dalam seharinya Norlaila bisa menjual sekitar 3000 tusuk.
"Kalau pastinya enggak pernah ngitung tapi mungkin sekitar 3000-an tusuk," terangnya.
Norlaila yang memegang langsung warung ini, juga membantu melayani pembeli secara langsung. Selain berjualan di warung, Warung Sate Cak Ali juga dapat dipesan dan di beli melalui aplikasi online.
"Saya berharap bisa terus menjaga rasa tetap konsisten agar pembeli tidak kecewa, karena itu adalah hal yang sulit," pungkasnya.
Warung sate yang buka mulai pukul 16.00 WIB ini selama PPKM level 2 tutup pukul 21.00 WIB. Jika ingin mencicipi, bisa langsung datang ke outletnya yang terletak di Jalan Pemuda tepatnya di depan kantor Pos Kota Klaten, ataupun dapat memesannya melalui aplikasi Online.
Baca Juga: Unik! 5 Deretan Makanan Ini Tercipta karena Tak Sengaja, Lho!