Sonora.ID - Kemajuan pesat dalam teknologi membuat generasi saat ini lebih berfokus dalam dunia maya.
Segala jenis aktivitas biasanya lebih sering dilakukan dalam bentuk digital karena sudah berkurangnya interaksi secara nyata di lingkungan sekitar.
Sayangnya, banyak sekali anak-anak saat ini yang sudah terlalu terpaku dengan dunia maya dan kecanduan dalam bermain produk daring, salah satunya adalah game online.
Biasanya, anak-anak tersebut sering berkomunikasi dengan lawan mainnya melalui platform chat yang disediakan oleh game online tersebut.
Hal ini sebenarnya harus dipantau secara detail oleh para orang tua karena ada kemungkinan cyberbullying terjadi di dalam ruang chat tersebut.
Apa itu cyberbullying?
Berdasarkan penjelasan David Togatorop, Editor in Chief Nakita ID, cyberbullying adalah perundungan yang dilakukan oleh satu kelompok dalam dunia maya terhadap satu korban.
"Itu dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang yang dilakukan di dunia maya," ujar David.
Pada umumnya, cyberbullying dilakukan oleh anak-anak pada media sosial, platform chat, atau game online.
Baca Juga: Dampak Bullying Bagi Kesehatan Mental Anak Serta Cara Mengatasinya
Namun, David mengungkapkan fakta bahwa sangat sulit untuk membedakan cyberbullying yang dilakukan oleh anak-anak karena sering kali konteks yang mereka lakukan adalah bercanda semata.
"Anak-anak itu sulit untuk membedakan mana yang bullying mana yang bukan, sebab anak-anak itu sukanya bercanda," ucap David.
Lalu, bagaimana cara orang tua mengetahui apakah konteks sang anak itu mengarah pada cyberbullying atau bercanda saja?
Orang tua harus mengetahui apakah konteks bercanda yang dilakukan sang anak sudah melampaui batas atau belum.
Jika dirasa bercanda yang dilakukan oleh sang anak sudah memakai ucapan makian dan menyakiti hati orang lain, maka orang tua harus segera mengajarkan sang anak untuk tidak melakukan hal tersebut kembali.
Karena, memakai ucapan makian dan menyakiti hati orang lain adalah salah satu bentuk cyberbullying yang dilakukan oleh seseorang di dunia maya.
Selain itu, konteks bercanda yang dilakukan secara konstan tanpa memikirkan perasaan orang lain juga dapat dikatakan sebagai bentuk cyberbullying.
"Atau tindakan itu dilakukan secara terus menerus, itu bukan lagi jadi bercandaan, tapi itu jadi bullying," tegas David.
Baca Juga: 4 Cara Ampuh Menolong Korban Bully ala Drama Korea ‘The Beauty’
Para orang tua harus bisa secepat mungkin mengatasi perilaku anak yang mengarah ke cyberbullying karena hal ini dapat berdampak buruk bagi korban.
Dampak cyberbullying tidak akan berbeda jauh dari perundungan di dunia nyata, yaitu mempengaruhi mental korban dalam kehidupan sehari-hari.
Korban cyberbullying anak-anak bisa mengalami penurunan nilai dalam belajar karena efek yang diberikan dari perundungan di dunia maya tersebut.
"Karena anak itu takut mengungkapkan perasaannya. Anak itu takut diejek, ah gitu aja nangis, ah gitu aja lapor ke mamah papahnya," ujar David.
Oleh sebab itu, peran orang tua yang aktif untuk mencegah anak melakukan cyberbullying sangat diperlukan agar tidak merugikan orang lain.
Mulai saat ini, para orang tua wajib memperhatikan perilaku anak-anak saat mengakses internet dan bermain game online.
Selain itu, orang tua juga dapat selalu mengajarkan budi pekerti yang luhur agar diterapkan si anak pada dunia maya; tidak hanya di dunia nyata saja.
Baca Juga: Hadapi Bully di Media Sosial, Hailey Bieber: Suamiku Banyak Membantu