Sonora.ID - “Saya tak percaya jika ia bunuh diri. Saya kenal dia seperti apa orangnya, tidak mungkin itu,” ujar Sri Utari, guru pembimbing OSN Biologi SMAN 8 Yogyakarta, ketika ditemui oleh Kompas Regional pada Rabu, 1 April 2015, siang hari.
Sri Utari adalah guru dari almarhum Akseyna Ahad Dori (19), mahasiswa Universitas Indonesia (UI) Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam jurusan Biologi angkatan 2013. Secara mengejutkan, jasad Akseyna ditemukan di Danau Kenanga, Universitas Indonesia, pada 26 Maret 2015 oleh Roni yang juga mahasiswa UI.
Dilansir dari Kompas Megapolitan, ketika ditemukan, jasad Akseyna menggunakan ransel yang diisi sejumlah batu. Awalnya, ia diduga bunuh diri, sebab adanya peninggalan surat wasiat yang tertempel di dinding kos-kosan Akseyna.
Akan tetapi, setelah penelusuran lebih jauh oleh pihak kepolisian, mencuat dugaan bahwa Akseyna merupakan korban pembunuhan. Hal ini berdasarkan keterangan para saksi, bukti-bukti, dan hasil visum.
Setelah tujuh tahun lamanya, kasus ini masih belum menemukan titik terang. Aiman Witjaksono, Jurnalis Kompas TV, dalam siniarnya bertajuk “Kejanggalan Kasus Pembunuhan Akseyna”, melakukan investigasi melalui perspektif grafolog, analisis tulisan tangan terhadap surat wasiat Akseyna dan beberapa bukti tulisan lain. Alhasil, Aiman menemukan beberapa kejanggalan.
Baca Juga: Belum Pernah Diungkap, Ini Kisah di Balik Layar Aiman Witjaksono
“Will not return for please don’t search for my existence, my apologies for everything enternally.”
Kalimat tersebut adalah isi dari surat wasiat Akseyna yang tertempel di dinding kos-kosannya. Surat wasiat ini adalah kunci bagi Aiman untuk menginvestigasi agar tabir pembunuhan Akseyna terungkap.
“Ayah korban meyakini bahwa surat wasiat yang awalnya dipercaya ditulis oleh korban sebagai surat bunuh diri, justru bukan ditulis anaknya,” ungkap Aiman.
Menurut Aiman, terdapat kejanggalan dalam kalimat surat wasiat Akseyna. “Terdapat kata for yang memiliki tiga gaya tulisan berbeda dalam surat yang tertulis sehingga secara faktual, sangat kontradiktif dan tidak menunjukkan tulisan yang konsisten,” ujarnya. Kemudian, Aiman mencari seorang grafolog untuk membantunya menganalisis surat wasiat Akseyna.
Hasilnya, ketika tulisan dalam surat wasiat dibandingkan dengan tulisan-tulisan Akseyna yang terdapat dalam buku miliknya, diyakini terdapat dua orang yang menulis surat wasiat tersebut.
Aiman lalu bertanya kepada ahli grafolog tulisan Akseyna yang asli dan palsu. “Ada empat kata, yang not, for yang pertama, kemudian corat-coret pada tulisan eternity dan existence, dan tanda tangan. Ini bukan Akseyna karena tidak identik dengan ratusan sampel yang sudah saya analisa,” ungkap ahli grafolog.
Keyakinan bahwa terdapat dua orang yang menulis surat wasiat bukan berdasarkan asumsi belaka, melainkan bukti fisik dan indikator grafis yang muncul setelah proses analisis.
Baca Juga: 3 Kasus Pembunuhan Paling Misterius! Membunuh Secara Acak, Pelaku Tidak Ditemukan
Kisah lebih lanjut seputar investigasi pembunuhan Akseyna oleh Aiman Witjaksono bisa Anda dengarkan dalam podcast Aiman Witjaksono episode “Kejanggalan Kasus Pembunuhan Akseyna” di Spotify dan juga di YouTube Kompas TV dan Trusty Official.
Segera dengarkan agar tidak ketinggalan episode-episode terbaru yang berisi fakta-fakta menarik dan eksklusif seputar investigasi Aiman.
Dengarkan episode selengkapnya dengan mengakses tautan berikut https://dik.si/AimanS1E8