"Dan kami tahu orang-orang dengan kondisi yang mendasarinya, orang lanjut usia, jika mereka terinfeksi varian SARS-CoV-2, termasuk Omicron, mereka berisiko lebih tinggi terkena penyakit parah," kata Maria.
Hal yang bisa dilakukan ialah mencegah angka penularan di semua populasi, mulai dari yang sudah divaksin maupun belum.
Baca Juga: Usia 5-17 Tahun Mendominasi Kasus Omicron di Surabaya
Pasalnya, lonjakan kasus Omicron berpotensi sangat memengaruhi sistem kesehatan. Mirisnya, tidak semua negara memiliki kapasitan dan sistem kesehatan yang lengkap.
Untuk menangani lonjakan kasus akibat virus Omicron.
"Lebih banyak kasus berarti lebih banyak angka rawat ina dan lebih banyak rawat inap dapat menempatkan sistem kesehatan yang sudah terbebani menjadi tidak terkendali," ujar Maria.
"Namun, sekali lagi, jika kita memiliki lebih banyak kasus, lebih banyak kasus berarti lebih banyak rawat inap.
Dan jika sistem perawatan kesehatan terbebani, orang akan mati karena tidak mendapatkan perawatan sesuai yang mereka butuhkan," lanjut dia.
Hal-hal yang bisa dilakukan agar tidak kena Omicron
Mirip dengan varian lainnya, virus Omicron bisa ditangani dengan menerapkan protokol kesehatan dan memperluas cakupan vaksinasi.
Maria menyarankan agar masyarakat tidak menunda vansin COVID-19. Terutama bagi kelompok lansia (usia 60 tahun ke atas) dan komorbid.
"Sekarang ada banyak penelitian yang sedang dilakukan yang melihat efektivitas vaksin terhadap Omicron. Dan studi ini sedang berlangsung. Kami belum memiliki gambaran yang lengkap, tetapi yang kami tahu adalah bahwa lebih baik divaksinasi daripada tidak," Ungkap Maria.
Faktor utama yang berperan besar saat ini adalah menghindari transmisi virus dengan cara menjaga diri sendiri dan orang lain.
Langkah yang bisa dilakukan untuk menghadapi Omicron, yaitu: