Sonora.ID - Imlek adalah salah satu hari yang spesial bagi warga Tionghoa di seluruh dunia. Pada hari itu, mereka biasanya berkumpul dengan keluarga untuk merayakan pergantian tahun dalam kalender Cina.
Di Indonesia sendiri, Hari Raya Imlek dijadikan sebagai hari libur nasional. Dikutip dari Kompas, usaha ini tentunya bukan tanpa sebab. Pada era Soeharto, perayaan imlek hanya boleh dilakukan di lingkungan tertutup. Saat kepemimpinan jatuh ke tangan Gus Dur, ia pun mencabut Instruksi Presiden No. 14/1967 tentang pembatasan Agama, Kepercayaan, dan Adat Istiadat Cina pada 6 Desember 1967.
Dalam perayaannya, ternyata warga Tionghoa pun tak lepas dari yang namanya mitos. Menurut penelitian Pardede dkk. (2017), mitos-mitos itu berfungsi agar warga Tionghoa senantiasa mendapat keberuntungan dan dijauhkan dari hal-hal buruk yang mungkin terjadi pada tahun berikutnya.
Tak ketinggalan, dalam siniar Momen Satu Kali episode dua belas bertajuk "Mitos Anti Ciong di Hari Imlek" dengan tautan akses https://dik.si/MSK12Imlek, Daniel dan Sesha bersama Ellen, Producer dari Medio Podcast Network, turut membahas mitos-mitos pada Hari Raya Imlek yang mereka tahu.
Kira-kira, apa saja, ya, mitos-mitos Imlek tersebut?
Baca Juga: Imlek Macan Air 2022, Pakar Fengshui: Hoki Shio Babi Menurun, Tapi…
Masyarakat Tionghoa percaya untuk tidak memotong atau menggunting rambut pada saat Imlek. Menurut kepercayaan, apabila menggunting rambut saat tahun baru Imlek, keberuntungan mereka di sepanjang tahun itu akan ikut terpotong.
Oleh karena itu, kalau ingin memotong rambut, sebaiknya dilakukan sebelum malam Tahun Baru Imlek. Hal ini dilakukan untuk membuang bala di tahun sebelumnya dan siap menyambut keberuntungan di tahun selanjutnya.
Menggunakan benda tajam, seperti gunting, pisau, cutter, dan alat potong lainnya saat Imlek, diyakini bisa memotong rezeki di tahun baru. Jadi, mayoritas warga Tionghoa menghindarinya dengan menyimpan benda-benda tersebut di lemari.
Baca Juga: Tradisi Perayaan Cap Go Meh di Singkawang, Ritual Cuci Jalan dan Tatung
Pemberian angpao hanya diberlakukan bagi mereka yang sudah menikah kepada orang tua dan anak-anak. Membagikan angpao dipercaya dapat memperlancar rezeki di kemudian hari. Sementara itu, bagi mereka yang belum menikah, dilarang memberikan angpao karena dianggap akan mengurangi keberuntungan dan menjauhkan jodoh.
Bagi mereka yang menerima angpao, perayaan Imlek berarti banjir uang. Angpao ini biasanya diisi sejumlah uang kertas baru di dalamnya. Jumlahnya pun tidak harus besar.
Masyarakat Tionghoa menganggap bahwa keramas pada Tahun Baru Cina dapat membasuh habis rezeki. Hal ini diyakini karena dalam bahasa Mandarin, kata rambut memiliki pengucapan dan karakter yang sama dengan kata fa cai, yaitu menjadi kaya. Biasanya, mereka akan merapikan rambut dari satu hingga tiga hari sebelumnya.
Menyapu rumah pada Hari Raya Imlek diyakini bisa mengusir keberuntungan baik yang sudah hadir. Masyarakat Tionghoa, biasanya baru membersihkan lantai rumah pada hari berikutnya.
Mereka memulainya dari pintu utama menuju ke tengah rumah. Mereka juga yakin untuk tidak menyapu dari dalam pintu rumah ke luar karena bisa menghilangkan keberuntungan yang ada.
Sampah-sampah yang disapu pun tidak boleh dibuang dulu karena masih harus ditaruh di dalam rumah minimal sampai hari kelima Imlek. Setelah itu, barulah sampah-sampah tersebut boleh dibuang.
Dengarkan perbincangan lengkap seputar mitos-mitos Imlek dalam siniar Momen Satu Kali bertajuk "Mitos Anti Ciong di Hari Imlek" di Spotify dan juga YouTube Sonora FM!