"Seperti kita juga, mereka punya pikiran dan perasaan juga," ujar sang Psikolog Klinis.
Dengan pikiran dan perasaan tersebut, seorang anak yang memperhatikan para orang dewasa di sekitarnya pun akan mengetahui hal-hal yang tidak disukai oleh mereka.
Sehingga, untuk melindung diri dari ketidaksukaan terhadap hal-hal tersebut pada dirinya, sang anak akan memilih untuk bohong.
Ini dilakukan oleh mereka untuk menjaga hubungannya dengan para orang dewasa tetap nyaman dan jauh dari rasa canggung.
"Untuk melindungi ketidaksukaan mereka terhadap dirinya, maka seorang anak akan memilih untuk bohong daripada membuat orang dekatnya tidak nyaman," ujar Astrid.
Sebagai contoh, jika seorang anak mengatakan secara jujur bahwa ia sudah hujan-hujanan, maka orang tua yang mendengarkan penuturan tersebut akan marah.
Baca Juga: Berbohong Ternyata Bisa Lukai Diri Sendiri? Simak Penjelasan Arvan Pradiansyah Ini
Oleh sebab itu, untuk menghindari ketidaknyamanan tersebut, sang anak pun akan memilih untuk bohong guna melindungi diri.
Sebenarnya, bohong merupakan mekanisme perlindung alamiah manusia yang sudah pasti dimiliki oleh siapapun.
Berdasarkan penelitian yang ada, melakukan kebohongan sebenarnya tidak menjadi masalah.
Astrid mengatakan bahwa akan menjadi masalah ketika seseorang bohong dan melewati nilai moral yang sudah diterapkan di kehidupan masyarakat.