"Harga minyak sekali lagi bergerak naik, karena optimisme pertemuan Biden-Putin memudar, sementara OPEC+ terus berjuang untuk mencapai kuotanya yang sebagian besar telah menciptakan defisit energi global yang parah," kata Pratibha Thaker dari Economist Intelligence Unit.
Sementara itu Menteri negara-negara penghasil minyak Arab mengatakan pada hari Minggu bahwa OPEC+ harus tetap berpegang pada kesepakatan saat ini untuk menambah 400.000 barel per hari produksi minyak setiap bulan.
Baca Juga: Rusia-Ukraina Masih Memanas, Harga Nikel dan Aluminium Melesat Tajam Hingga Tembus Rekor Baru
Hal ini menekankan bahwa OPEC+ menolak seruan dari negara lain untuk memompa lebih banyak produksi minyak untuk mengurangi tekanan pada harga.
Kenaikan harga telah dibatasi oleh kemungkinan lebih dari satu juta barel per hari minyak mentah Iran kembali ke pasar.
Juru bicara kementerian luar negeri Iran Saeed Khatibzadeh mengatakan "kemajuan signifikan" telah dibuat dalam pembicaraan untuk menghidupkan kembali perjanjian nuklir Iran 2015 pada hari Senin setelah seorang pejabat senior Uni Eropa mengatakan pada hari Jumat bahwa kesepakatan itu "sangat, sangat dekat".
Analis mengatakan pasar tetap ketat dan setiap penambahan minyak akan membantu, tetapi harga akan tetap fluktuatif dalam waktu dekat karena minyak mentah Iran tidak mungkin kembali sampai akhir tahun ini.
"Jika invasi Rusia (Ukraina) terjadi, seperti yang telah diperingatkan AS dan Inggris dalam beberapa hari terakhir, Brent berjangka bisa melonjak di atas US$ 100 per barel, bahkan jika kesepakatan Iran tercapai," kata analis Commonwealth Bank Vivek Dhar dalam sebuah catatan.
Baca Juga: Jualan Laris Manis dengan 5 Cara Promosi Efektif yang Bikin Pelanggan Nagih Beli Lagi