Sonora.ID – Saat ditanya apa yang membedakan orang kaya dan orang miskin? Kebanyakan orang pasti langsung menjawab, ya hartanya, lah!
Nggak bisa dipungkiri materi merupakan salah satu yang membedakan orang banyak uang dan orang denga nisi kantong pas-pasan.
Namun, menurut seorang investor, usahawan, penulis dan motivator asal Amerika Serikat, Robert Kiyosaki, perbedaan mendasar antara orang super kaya dengan orang-orang yang berisi kantong rata-rata adalah pada cara berpikir atau mindset.
Cara berpikirlah yang akhirnya memberikan perbedaan, mengapa sebagian orang mampu membangun kekayaan hingga tanpa batas dan mengapa sebagian yang lain tidak mampu atau biasa-biasa saja isi kantongnya.
Tak hanya itu, cara berpikir akan mempengaruhi seseorang dalam memutuskan sebuah tindakan dan pilihan.
Cara berpikir juga berpengaruh besar pada gaya kerja seseorang, apakah sekadar kerja capek, kerja keras atau kerja cerdas.
Baca Juga: Kaya Turun Temurun, 7 Pelajaran Penting Miliarder Ajarkan pada Anak
Itulah sebabnya ada istilah yang mengatakan yang kaya makin kaya dan yang miskin makin miskin.
Jika kamu ingin keluar dari lingkaran kemiskinan, yang pertama kali harus kamu memiliki adalah cara berpikir seperti orang kaya terlebih dahulu.
Dengan begitu, kamu akan mengambil keputusan, bekerja, dan bersosialisasi layaknya orang kaya.
Nah, cara berpikir inilah yang nantinya akan mengangkat derajat dan mendatangkan rezeki dan harta yang berlimpah.
Untuk membantu kamu lebih mengerti, simak 7 hal yang tidak pernah diucapkan oleh para orang super kaya, yang mempengaruhi kesuksesan mereka hingga hari ini, menurut Robert Kiyosaki, penulis finansial kenamaan yang merilis buku terkenal "Rich dad, Poor dad".
“Saya tidak mampu membelinya”
Apa kamu pernah mengucapkan kata-kata ini? sebenarnya kaya-kata ini terdengar wajar saja bagi orang berkantong pas-pasan ketika melihat sebuah barang atau jasa yang dirasa terlalu mahal.
Cuma, menurut Kiyosaki, orang super kaya tidak pernah mengungkapkan pernyataan seperti itu.
Orang kaya justru akan mengeluarkan pertanyaan: “Bagaimana caranya agar saya bisa membelinya?” Kiyosaki menggarisbawahi perbedaan mendasar dua pernyataan tersebut.
Yang satu berupa pernyataan, kesimpulan. Sedang satu lagi, yang diucapkan oleh orang kaya adalah pertanyaan.
Pernyataan seperti statemen menyerah. Pikiran kamu berhenti juga untuk berpikir dan mencari cara untuk membeli.
Sebaliknya, bila kamu mengeluarkan pertanyaan, otak akan terstimulasi untuk berpikir.
Nah, dengan membiasakan bertanya tentang cara membeli sesuatu, bukan berarti kamu perlu membeli segala hal.
Poinnya adalah, kamu harus secara konsisten melatih pikiran. Soalnya, semakin kuat pikiran kamu tentang ini, semakin banyak pula uang yang bisa kamu hasilkan.
Baca Juga: Punya Privilege Melebihi Sultan, 7 Anak Petinggi Dunia Pilih Bekerja Jadi Pelayan
“Saya bekerja untuk mencari uang”
Orang-orang kebanyakan memilih untuk mendapatkan penghasilan dengan cara “dibayar” atau “digaji” atau dengan kata lain, menjadi pekerja, karyawan sebuah perusahaan.
Orang kebanyakan memilih menjadi karyawan dengan gaji tetap dan jam kerja yang teratur.
Bagaimana dengan orang kaya? Orang kaya berkata sebaliknya: Uang yang bekerja untuk saya.
Orang-orang yang mampu membangun kekayaan jarang sekali yang berprofesi sebagai karyawan.
Hampir semua orang kaya berasal dari kalangan wirusaha yang bekerja keras membangun bisnis.
Kalangan kaya juga berasal dari kelompok investor di pasar finansial.
“Bila uang bekerja untukmu, kamulah yang mengontrol atas uang tersebut. Sebaliknya bila Anda bekerja untuk mencari uang, Anda justru memberikan kekuasaan pada pemberi kerja Anda untuk mengendalikan,” tulis Kiyosaki.
“Bila berkaitan dengan uang, main aman saja, jangan ambil risiko”
Alih-alih berkata demikian, orang kaya justru berujar: Mari belajar mengelola risiko.
Perihal mewujudkan kesejahteraan dan kemerdekaan finansial, memang tidak bisa dicapai dalam waktu semalam saja.
Ada kerja keras juga dan kemampuan menerapkan strategi akumulasi kekayaan yang tepat.
Misalnya saja, kamu ingin mengakumulasi kekayaan melalui investasi di sebuah produk, apakah itu investasi properti, emas atau investasi saham.
Kamu percaya dengan cara investasi di produk-produk tersebut, kekayaan bisa bertambah lebih cepat.
Nah, keputusan itu tidak bisa diambil sekadar menuruti tren atau dengan pertimbangan perasaan semata.
Kamu juga harus mengerjakan “pekerjaan rumah” sebelum berinvestasi atau berbisnis, termasuk di sini adalah menghitung risiko-risiko, biaya dan prospek keuntungan.
Apakah investasi atau bisnis tersebut tepat dengan profil risiko kamu, dan lain sebagainya.
Tidak berani mengambil risiko, tidak akan membawa kamu kemana-mana.
Tujuan untuk meraih kondisi finansial yang lebih ideal pun sulit tercapai.
Baca Juga: 5 Bos Miliarder Dunia yang Dipecat dari Perusahaan Sendiri, Kok Bisa?
“Rumahku adalah asetku”
Orang kaya justru berujar sebaliknya: rumah bukanlah aset, dia termasuk liabilitas.
Ini bukan berarti kamu tidak perlu membeli rumah, ya. Maksud Kiyosaki, kamu harus bisa membedakan mana yang termasuk aset dan mana yang sebenarnya liabilitas atau biaya.
Salah satu cara membedakannya, menurut Kiyosaki adalah dengan pertanyaan ini:
“Bila kamu berhenti kerja hari ini, sebuah aset akan menghasilkan uang sedangkan sebuah liabilitas akan mengambil uang dari kantong kamu. Sangat penting untuk kita memahami perbedaan dua hal tersebut.”
Pada akhirnya, memiliki rumah termasuk hal yang mahal dan nilai sebuah rumah belum tentu selalu naik. Bukan berarti kamu tidak perlu membeli rumah.
Tapi Kiyosaki memberi tips, bila kamu ingin rumah yang lebih besar, belilah aset terlebih dulu yang kelak bisa menghasilkan arus kas untuk membayar rumah tersebut.
“Belajar yang rajin agar bisa diterima kerja di perusahaan terbaik”
Ini nasihat yang mungkin sering kamu dengar para orangtua. Rajinlah belajar agar bisa mendapatkan pekerjaan yang bagus dan bergaji besar.
Orang kaya tidak pernah berpikir seperti ini. Justru mereka berujar: “Belajarlah yang rajin agar kamu bisa menemukan perusahaan bagus yang tepat untuk kamu beli.”
Orang kaya, menurut Kiyosaki, tidak pernah takut bermimpi besar. Mereka menyetel ekspektasi cukup tinggi untuk dapat menghasilkan uang yang banyak.
Dari mimpi besar itu mereka tidak segan bekerja keras untuk mewujudkannya.
Baca Juga: Daftar 10 Kampus Pencetak Miliarder di Dunia, Ada di Indonesia?
Saya tidak akan pernah jadi orang kaya
Kiyosaki berujar, seorang yang kaya biasanya telah mendefinisikan dirinya sebagai orang yang kaya sehingga apapun yang dia lakukan dia akan tetap berusaha untuk mempertahankan hal tersebut.
Kiyosaki menceritakan, ketika ayahnya yang kaya mengalami kebangkrutan, dia tidak langsung mendefinisikan dirinya sebagai orang miskin.
Sebaliknya, dia berkata, “Ada perbedaan besar antara menjadi orang miskin dan menjadi bangkrut.
Bangkrut itu sementara. Sedangkan miskin selamanya,”
Saya tidak tertarik pada uang
Kebanyakan dari kita diajari untuk belajar yang rajin, bersekolah di sekolah yang bagus, mencari pekerjaan dan bersyukur terhadap apa yang sudah kita miliki.
Secara esensial, menurut Kiyosaki, kita diajarkan untuk menjadi orang yang mapan.
Orang kaya di lain pihak lebih sering melihat uang secara logis: “Uang adalah kekuatan, kekuasaan.”
Bukan berarti harus menjadi materialistis, ya. Menurut Kiyosaki uang adalah alat paling berkuasa yang bisa menghadirkan pilihan dan kesempatan.
Baca Juga: Patut Dicontoh para Trader, Inilah 10 Miliarder Crypto di Dunia