Sonora.ID – Diketahui Lesti Kejora dan suaminya, Rizky Billar ikut merambah ke duni metaverse yang diberi nama dengan Leslarverse.
Bukan hanya itu saja, digadang-gadang mereka juga akan menerbitkan Leslar Coin dan NFT.
Bahkan, nantinya nama pengguna dari uang kripto yang digunakan dalam transaksi disebut dengan Leslarian. Sedangkan untuk koinnya sendiri dinamai dengan $Leslar.
Mengutip dari Kompas.com, nantinya para pengguna token kripto itu bisa memakainya untuk keperluan game di Leslar Metaverse. Selain itu, keduanya juga menyediakan Non-Fungible Token atau NTF sebagai alternatif.
Tren ini juga dilakukan beberapa artis lain sebelumnya. Seperti Anang Hermansyah dan Wirda Mansur.
Kendati demikian, fenomena ini tak sepenuhnya menjanjikan sebuah keuntungan dalam waktu yang singkat.
Meski dinilai menggiurkan, bisnis ini juga tidak terlepas dari tantangan dan risiko. Maka itu, sebelum kamu memulai bisnis di metaverse, ketahui lebih dulu apa saja risiko bisnis yang mungkin kamu hadapi di dunia virtual ini.
Pergeseran Nilai Kripto
Nilai kripto yang bervariasi dapat menyebabkan level yang tidak stabil dan itu berdampak pada ekonomi di metaverse.
Baca Juga: Sebelum Investasi, Pahami Landasan Hukum Kripto Berikut Ini!
Apalagi dengan adanya ribuan bahkan jutaan transaksi bisnis yang terjadi di metaverse yang menggunakan blockchain, baik melalui cryptocurrency atau non-fungible token (NFT).
Hal lain yang perlu diperhatikan dan diingat adalah investasi digital secara besar melalui NFT tidak dapat diandalkan seperti perdagangan yang dilakukan pada dunia nyata.
Keterlibatan Pengguna yang Tidak Dapat Diprediksi
Meski berbasis desktop, metaverse ini terutama akan ada di Virtual Raelity (VR).
Pengguna yang berbeda dapat bereaksi secara berbeda terhadap VR, tergantung pada preferensi pribadi dan kondisi kesehatan mereka. Bisnis mungkin berjuang untuk mencapai jangkauan universal.
Desentralisasi karena itu Dideregulasi
Sebagian besar komentator, analis, dan pengembang mengakui bahwa metaverse sejati harus didesentralisasi.
Itu tidak akan dimiliki oleh siapa pun dan akan ada transparansi dan demokratisasi yang lengkap.
Namun, hal ini juga berarti bahwa metaverse akan sulit diatur. Bahkan jika badan pengatur mengeluarkan kebijakan yang cukup kuat, mereka akan sulit ditegakkan tanpa mencoba melewati arsitektur desentralisasinya.
Tanpa regulasi atau aturan, bisnis yang menyangkut usaha kecil dan menengah (UKM) akan mendapatkan risiko lebih besar.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "4 Risiko Bisnis di Metaverse, dari Keterlibatan Pengguna hingga Aturan".
Baca Juga: Ingin Raih Untung dari NFT? Gunakan Benda Ini sebagai Objek Investasi!