Tren penurunan kasus harian ini juga diikuti dengan tren penurunan positivity rate dalam seminggu terakhir.
Hingga Rabu (23/2) DKI Jakarta, Banten, Bali, NTB, Maluku, dan Papua menunjukkan tren penurunan postivity rate.
Sedangkan Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, dan Papua Barat tercatat mengalami pelandaian positivity rate.
“Hingga Rabu (23/2), jumlah kejadian rawat inap RS untuk pasien COVID-19 per minggunya berada di 9,02/100.000 penduduk.
Angka ini masih sangat memadai dibanding puncak perawatan pasien saat gelombang Delta 17 Juli 2021 lalu yang mencapai 33,69/100.000 penduduk,” kata dr. Siti Nadia Tarmizi M.Epid., Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Kemenkes, dikutip laman Sehat Negeriku.
Selain itu, tren rasio kematian (case fatality rate/CFR) mingguan per 22 Februari lalu juga mengalami penurunan 6,61 persen dari minggu sebelumnya.
CFR nasional per minggunya kini berada di posisi 2,85.
Kasus kematian per 23 Februari di posisi 227 per hari, jauh lebih sedikit dibandingkan puncak kematian pada gelombang Delta 27 Juli 2021 lalu yang mencatat hingga 2.069 kematian per harinya.
Baca Juga: Jaga Lansia! 69% Kasus Kematian Akibat Omicron Berasal Dari Kalangan Lansia
Efektivitas vaksinasi
Hingga 24 Februari pukul 18.00 WIB, vaksinasi dosis 1 sudah diberikan ke 190.451.216 (91,45 persen) penduduk dan vaksinasi dosis 2 sudah diberikan ke 143.032.523 (68,68 persen) penduduk.
Sementara itu vaksinasi dosis 3 atau booster sudah diberikan ke 9.460.949 (4,54 penduduk) penduduk.
Data terbaru dari Kemenkes menunjukkan vaksinasi dosis lengkap mengurangi risiko kematian hingga 67 persen. Sementara itu vaksinasi booster mengurangi risiko kematian hingga 91 persen.
Hingga 19 Februari 2022, dari 2.484 pasien yang meninggal akibat COVID-19 73% belum divaksinasi lengkap.
Ada 53 persen di antara pasien meninggal tersebut adalah lansia dan 46 persen memiliki komorbid.
Kendati vaksinasi lengkap maupun vaksinasi booster sudah membuktikan efektivitasnya, masyarakat tetap diminta untuk memperketat protokol kesehatan (prokes) selama masih ada varian omicron.
Ini semua demi memperkecil peluang terpapar dan terinfeksi COVID-19 varian Omicron, sekaligus mengurangi risiko dirawat di rumah sakit akibat COVID-19.