9 Presiden Dunia yang Lengser Secara Paksa oleh Rakyat, Salah Satunya Ukraina

25 Februari 2022 18:51 WIB
Sejumlah orang berseragam melempatkan berbagai benda ke api di depan gedung intelijen di unit Kementrian Pertahanan Ukraina, di Kyiv, Ukraina, Kamis (24/2/2022). ANTARA FOTO/REUTERS/Umit Bektas/FOC/djo
Sejumlah orang berseragam melempatkan berbagai benda ke api di depan gedung intelijen di unit Kementrian Pertahanan Ukraina, di Kyiv, Ukraina, Kamis (24/2/2022). ANTARA FOTO/REUTERS/Umit Bektas/FOC/djo ( (ANTARA FOTO/REUTERS/UMIT BEKTAS))

Sonora.ID – Sebagai pemimpin negara, sudah menjadi kewajiban bagi para Presiden untuk memajukan berbagai aspek penting negara seperti, ekonomi, infrastruktur, pendidikan, kesejahteraan rakyat dan masih banyak lagi.

Tak hanya itu, presiden juga berperan penting untuk membawa kedamaian dan menjamin keamanan dari rakyatnya.

Itulah sebabnya mengemban tugas mengurus negara tidaklah mudah.

Kalau sampai salah mengambil keputusan, tidak menutup kemungkinan aka berakhir tragis seperti para Presiden dunia yang lengser alias dipecat secara paksa dan tidak terhormat oleh rakyatnya sendiri.

Bagaimana tidak, para pemimpin negara ini dikenal diktator dan gagal membawa kesejahteraan bagi warganya.

Ganas dan brutal, rakyat bahkan rela berkorban nyawa demi menyukseskan misi melengserkan pemimpin negara.

Siapa sajakan 10 presiden diturunkan secara paksa oleh rakyat? Berikut penjelasan lengkapnya.

Baca Juga: Rusia Makin Ganas! 12 Negara Ini Siap Bela Ukraina, Indonesia Berpihak ke mana?

Ukraina

Awal mula konflik Rusia Ukraina ternyata sudah berlangsung cukup lama.

Khususnya saat para pengunjuk rasa menggulingkan Presiden Ukraina Viktor Yanukovych yang bersahabat dengan Rusia pada 2014.

Februari 2014 — Para pengunjuk rasa di Ukraina menggulingkan Presiden Viktor Yanukovych, yang bersahabat dengan kepentingan Rusia.

Selama revolusi, lebih dari 100 orang tewas dalam protes yang berpusat di alun-alun utama di ibukota Kyiv, yang sering disebut Maidan.

Dalam sebuah wawancara ekslusif di stasiun televisi berita Inggris, BBC Newsnight, Mantan Presiden Ukraina Viktor Yanukovych mengaku sangat berterima kasih atas bantuan Presiden Rusia Vladimir Putin karena telah menyelamatkan nyawanya.

Seperti diketahui, Yanukovych melarikan diri ke Rusia pada 23 Februari 2014 malam dengan bantuan pasukan Moskow.

Ia memutuskan tidak akan kembali ke Ukraina tanpa jaminan keamanan atas diri dan juga keluarganya.

Zimbabwe

Kondisi Zimbabwe sangat buruk di bawah kepemimpinan Robert Mugabe.

Tahun 2016 lalu, Mugabe menyebut Zimbabwe terkena sanksi ekonomi hingga kesulitan membayar gaji Pegawai Negeri Sipil (PNS).

Namun beberapa orang mengkritik, kesulitan ekonomi Zimbabwe disebabkan pemerintahan Mugabe yang korupsi.

Tak hanya itu saja, tahun 2015 lalu, uang ratusan triliun dalam mata uang dolar Zimbabwe tidak bernilai.

Bahkan, 100 triliun dolar Zimbabwe disebut tidak cukup untuk membayar ongkos bus untuk satu pekan.

Karena masalah ini, masyarakat Zimbabwe meminta Mugabe mengundurkan diri. Sempat terjadi kudeta tahun 2017 lalu.

Akhirnya Mugabe mengundurkan diri pada 22 November 2017.

Mugabe menyampaikan pengunduran dirinya lewat surat dan mengatakan alasan dirinya lengser demi 'kesejahteraan rakyat Zimbabwe dan pemindahan kekuasaan secara damai lebih penting'.

Baca Juga: Negara Apa Saja yang Mendukung Rusia yang Menyerang Ukraina? Berikut Daftarnya!

Nigeria

Sani Abacha merupakan kepala negara Nigeria melalui kudeta militer pada 1993. Jalan militer ternyata menjadi salah satu jalan mulus untuk pria ini melakukan tindakan korupsi.

Padahal sudah jelas Nigeria sedang dilanda perang berkepanjangan, tentunya negara ini membutuhkan uang dalam jumlah besar untuk bisa memperbaiki perekonomian negara.

Tapi presiden yang diharapkan bisa memperbaiki ekonomi negara tersebut, malah mencuri uang negara.

Tidak tanggung-tanggung yang dikorupsi oleh Suni Abacha mencapai kisaran $2-5 Milyar Dollar Amerika.

Sang Pemimpin ini tumbang karena kematian mendadaknya yang misterius. Dia meninggalkan uang jarahan puluhan Triliun Rupiah yang tercecer di sejumlah wilayah dan memicu perburuan harta selama 20 tahun.

Kongo

Jenderal Mobutu Sese Seko menjadi Presiden di Kongo sejak tahun 1965 hingga 1967, setelah melakukan kudeta.

Dia selalu tampil dengan kopiah bercorak macat tutulnya yang khas. Selama memerintah, Mobutu diduga melakukan banyak pelanggaran HAM. Korupsi merajalela di negara ini.

Kekuasaan Mobutu berakhir setelah pasukan Laurent Kabila mengalahkannya. Mobutu kemudian lari ke Maroko dan tewas karena kanker prostat tidak lama setelahnya.

Venezueala

Sepanjang Hugo Chavez memimpin Venezuela, ia telah meningkatkan anggaran kesehatan, pendidikan dan mengurangi tingkat kemiskinan secara besar-besaran.

Namun presiden ini sangat anti kritik, untuk membungkam media sebanyak 32 Stasiun, Radio dan dua stasiun televisi dibekukan penyiarannya.

Serta menangkap Guillermo Zuolaga yang merupakan pemimpin media beserta anaknya karena telah berani mengkritik dirinya.

Venezuela adalah negeri yang sangat kaya akan minyak bahkan lebih kaya dari Arab Saudi, rakyatnya dimanjakan dengan subsidi dari pemerintah.

Bahan bakar pun menjadi sangat murah yang bahkan lebih murah daripada air mineral.

Namun dibalik itu semua ada harga yang harus dibayar dengan sangat mahal yaitu kehancuran ekonomi negara Venezuela ketika bensin murah, membuat segalanya menjadi murah.

Pengeluaran Negara Venezuela membengkak naik hingga 200%. Ditengah kepanikan negara sang presiden mendadak kanker dan digantikan oleh wakilnya.

Baca Juga: Digempur Rusia, Presiden Ukraina: 137 Warga Tewas pada Hari Pertama Serangan

Filipina

Selama dua dekade masa pemerintahannya, Marcos Selalu menggaungkan ancaman komunis revolusioner, dan menggunakannya untuk membenarkan aksinya mematikan media dan menangkap beberapa lawan politiknya.

Di masa kepemimpinan Marcos, kronisme dan korupsi meluas. Miliaran uang negara disedot ke rekening pribadi Marcos di Swiss.

Pada tahun 1986, Marcos kembali terpilih menjadi Presiden Filipina. Namun pemilu yang diduga dipenuhi kecurangan, intimidasi dan kekerasan ini menjadi titik klimaks bagi dirinya.

Marcos akhirnya diturunkan dari jabatannya dalam Revolusi EDSA pada tahun yang sama. Bersama istrinya, Imelda, Marcos melarikan diri dari Filipina.

Marcos meninggal di pengasingannya di Hawaii pada tahun 1989.

Myanmar

Ketika baru menjabat menjadi kepala negara yang didapatkan dengan kudeta Ne Win mengubah Myanmar menjadi negara sosialis satu partai.

Semua perguruan tinggi ditutup selama lebih dari 2 tahun karena takut digunakan untuk menentang kebijakannya.

Ne Win sangat percaya hal-hal berbau mistis, seperti mantra sihir dan numerologi. Ketika peramal memperingatkan akan ada pertumpahan darah, ia langsung berdiri di depan cermin dan menginjak-injak daging.

Kemudian menembak bayangan dirinya di cermin untuk mencegah upaya pembunuhan.

Myanmar menutup diri dengan asing. Orang asing di Myanmar diusir dan kunjungan wisata asing hanya berlaku tiga hari.

Akibatnya pasar gelap dan penyelundupan semakin marak dan Myanmar mendekati kebangkrutan.

Kebijakan aneh yang paling populer adalah ketika ia mengubah nilai mata uang Kyat menjadi angka kelipatan 9 yang menurutnya itu adalah angka keberuntungan.

Dampaknya banyak rakyat Myanmar yang kehilangan seluruh tabungannya dan ekonomi Myanmar pun malah menjadi Anjlok.

Baca Juga: Sudah Berkuasa 22 Tahun Lamanya, Inilah Sosok Presiden Rusia Vladimir Putin yang Ajak Perang Ukraina

Kuba

Fulgencio Batista yang menjabat Presiden Kuba selama 2 dekade ini dikenal sebagai pemimpin diktator yang brutal yang memimpin Kuba sejak 1933.

Pada tahun 1944, masa jabatannya berakhir dan Batista pun meninggalkan Kuba. Namun, 8 tahun kemudian, Batista melancarkan aksi kudeta dan berhasil memimpin kembali Kuba.

Hampir semua sektor pemerintah dikontrol secara otoriter oleh Batista. Mulai dari ekonomi, kongres, pendidikan, hingga media.

Selain itu, Batista juga memperkaya dirinya sendiri dengan uang negara.

Batista berhasil dilengserkan dari jabatannya pada tahun 1959, melalui Revolusi Kuba yang dipimpin oleh Fidel Castro.

Setelah itu, Batista diketahui kabur ke luar negeri dan berpindah-pindah tempat tinggal, hingga akhirnya meninggal pada 1973 di Guadalamina, Spanyol.

Haiti

Jean-Claude Duvalier sering dipanggil 'baby doc'. Sampai saat ini, mungkin dialah orang termuda yang menjadi presiden.

Pada tahun 1971, Duvalier baru berusia 19 tahun saat menggantikan ayahnya yang tewas sebagai presiden.

Dia segera menjadi otoriter dan mengakibatkan kelaparan dan resesi ekonomi di Haiti. Tahun 1986, karena terdesak keadaan Duvalier melarikan diri ke Perancis.

Tahun 2011 saat Haiti dilanda gempa bumi dan krisis politik.

Baca Juga: Perang Rusia-Ukraina Pecah, Apa Dampak yang Bakal Ditanggung oleh Indonesia?

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
92.0 fm
98.0 fm
102.6 fm
93.3 fm
97.4 fm
98.9 fm
101.1 fm
96.7 fm
98.9 fm
98.8 fm
97.5 fm
91.3 fm
94.4 fm
102.1 fm
98.8 fm
95.9 fm
97.8 fm
101.1 fm
101.1 Mhz Fm
101.2 fm
101.8 fm