Jelang Hari Raya Nyepi, Umat Hindu di Boyolali Siapkan Ogoh-Ogoh

26 Februari 2022 13:54 WIB
Ilustrasi Ogoh-Ogoh
Ilustrasi Ogoh-Ogoh ( )

Boyolali, Sonora.ID – Seluruh umat Hindu di Indonesia akan merayakan Hari Raya Nyepi pada Kamis, 3 Maret 2022.

Sesuai namanya, Nyepi berasal dari kata sepi yang mengandung makna sangat mendalam yaitu sebagai hari kebangkitan, hari pembaharuan, hari toleransi, hari kebersamaan, hari kedamaian, dan hari kerukunan nasional.

Selama Nyepi, umat Hindu melakukan catur brata penyepian atau renungan selama 24 jam.

Masyarakat melakukan perenungan untuk mengevaluasi diri dengan suasana hening.

Tak terkecuali umat Hindu di Boyolali Jawa Tengah yang turut merayakannya dengan berbagai rangkaian persiapan.

Salah satunya adalah dengan membuat Ogoh-ogoh yang persiapannya sudah dilakukan sejak Desember tahun lalu.

Proses pembuatan Ogoh-ogoh dilakukan di Pura Bhuana Puja, Desa Karanganyar, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Boyolali Jawa Tengah.

Ogoh-ogoh tersebut akan digunakanuntuk Upacara Tawur Agung oleh umat Hindu setempat pada Selasa (2/3/2022) mendatang.

Baca Juga: Wajib Terapkan Prokes, Pembuatan Dan Pawai Ogoh-ogoh Diizinkan Saat Hari Suci Nyepi 2022

Sedangkan puncak Hari Raya Nyepi jatuh pada Kamis (3/3/2022) mendatang. 

Pengurus Pura Bhuana Puja, Agus Sutiyono mengatakan bahwa tahun ini pembuatan Ogoh-ogoh kembali dilakukan setelah berhenti pada masa pandemi Covid-19.

Para pemuda Hindu di lereng Gunung Merapi tersebut memulai untuk membuat kembali dengan penuh semangat tanpa ada arak-arakan.

Ogoh-ogoh merupakan simbol kejahatan yang akan ditampilkan jelang perayaan Nyepi. 

“Intinya nanti menyambut Hari Raya Nyepi di Penghujung Tahun Saka, kita harus melepaskan segala hal-hal buruk yang kita lakukan selama satu tahun untuk menyongsong tahun baru.” jelas Agus.

Ogoh-ogoh setinggi 3,5 meter dibuat oleh warga setempat dengan biaya sekitar Rp 5 juta ini nantinya akan dibakar di sekitar pura pada Upacara Tawur Agung.

Dibakarnya ogoh-ogoh sebagai simbol pemusnahan butakala. Selain simbol kejahatan, ogoh-ogoh yang dibakar merupakan kekuatan alam yang misterius.

Alam yang sebenarnya bersahabat bisa berubah menjadi malapetaka bagi manusia.

Ada perbedaan dalam prosesi tahun ini dengan tahun-tahun sebelumnya, yaitu tidak adanya proses pawai atau arak-arakan keliling desa karena masih dalam kondisi pandemi Covid-19 sehingga proses pawai ditiadakan untuk meminimalisir pencegahan penyebaran virus Covid-19.

“Tahun ini kita fokuskan kegiatan di pura untuk ritual dan nanti untuk pembakaran ogoh-ogoh di lingkungan sekitar pura tanpa ada pawai atau arak-arakan. Dengan adanya upacara ini, diharapkan alam kembali damai, harmonis, dan termasuk covid-19 dapat segera sirna agar kehidupan kembali damai” imbuhnya.

Baca Juga: Bandara Ngurah Rai Bali Kembali Beroperasi Normal Setelah Tutup 24 Jam Pasca Nyepi

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
92.0 fm
98.0 fm
102.6 fm
93.3 fm
97.4 fm
98.9 fm
101.1 fm
96.7 fm
98.9 fm
98.8 fm
97.5 fm
91.3 fm
94.4 fm
102.1 fm
98.8 fm
95.9 fm
97.8 fm
101.1 fm
101.1 Mhz Fm
101.2 fm
101.8 fm