Seperti diketahui pasca merdeka sebagai sebuah negara, berbagai dinamika pun terjadi di Ukraina, salah satunya terkait dengan kedekatan Ukraina dengan NATO. Menurut Archel, hal inilah yang menyebabkan munculnya potensi berbahaya dalam hal pertahanan dan keamanan teritorial Rusia.
“Setelah Uni Soviet bubar tahun 1991 akhir, Ukraina kemudian memerdekakan diri, jadilah mereka negara yang berdaulat. Itu kan dinamikan menjadi berubah, nah perubahan inilah yang kemudian lambat laun membuat Rusia merasa keamanan teritorialnya menjadi potensi serangan dari negara-negara NATO,” katanya.
Selain itu pasca bubarnya Uni Soviet pada tahun 1991, NATO dan Amerika Serikat yang memiliki identitas sebagai pionir dan ‘gembala’ dari ideologi liberal-demokrasi, terus menyebarkan pengaruhnya ke negara-negara Eropa Timur. Hal inilah yang menurut Archel telah menciptakan kegusaran bagi Rusia, mengingat sejatinya NATO adalah pakta pertahanan dan keamanan, sehingga Rusia pun harus memiliki cara untuk mengimbangi kekuatan pertahanan dan keamanan negaranya.
Mereka (NATO) mulai memperlebar keanggotaannya ke negara-negara bekas sosialis atau komunis Uni Soviet, perlahan-lahan mulai masuk. Nah ini, penambahan anggota baru ini membuat Rusia mulai merasa gusar, jadi mereka (Rusia) menganggap bahwa ini kan lama-lama nanti makin dekat ke wilayah mereka (Rusia), tentunya karena NATO adalah pakta pertahanan, tentu Rusia harus berpikir pertahanannya.
Sementara itu dari sudut pandang Rusia, tanpa harus bergabung dengan NATO, Ukraina dinilai dapat menjadi sebuah negara yang mandiri, otonom, dan independen dalam setiap kebijakan negaranya. Oleh sebab itulah Rusia ingin agar Ukraina tetap menjadi sebuah negara independen. Archel juga menilai, apabila Ukraina benar-benar bergabung dengan NATO, potensi ancaman pada pertahanan dan keamanan Rusia dapat semakin meningkat. Sebagai pakta pertahanan dan keamanan, tentu akan ada peluang untuk masuknya sistem pertahanan NATO di Ukraina dan akan menjadi ancaman bagi pertahanan dan keamanan Rusia, maka dari itu dengan menggunakan kerangka logika pertahanan, Rusia harus melakukan langkah-langkah tertentu, untuk dapat mengimbangi mekanisme pertahanan dan keamanan NATO.
“Dalam pandangan Rusia, Ukraina bisa saja sangat otonom, sangat independent dalam menunjukan kebijkan luar negerinya tanpa harus menjadi anggota NATO. Rusia maunya Ukraina itu independen ga harus jadi anggota NATO, karena kalau Ukraina jadi anggota NATO, Rusia makin merasa potensi ancamannya membuat Rusia semakin besar, nanti kan bisa saja misalnya NATO menambah kapabilitas dan kapasitas persenjataannya semakin mendekat ke perbatasan Rusia,” tutup Archel.