Biasanya, mereka berbohong karena takut dimarahi atau sedang mengalami rendah diri.
Dengan demikian, peran orang tua untuk menegur anak secara lemah lembut dapat menjadi solusi.
Jangan gunakan kata-kata negatif, justru apresiasi kejujuran anak sehingga anak tidak merasa terintimidasi.
Baca Juga: Optimalkan Parenting, Ini Cara Orang Tua Paham dengan Konteks Bohong yang Baik dan Buruk!
Kenalkan Konsekuensi Berbohong Kepada Anak
Semakin dewasa, anak bisa semakin lihai berbohong karena tuntutan pertemanan atau sosial.
Jika hal ini diteruskan, maka akan menjadi suatu kebiasaan buruk yang dapat menjadi bumerang bagi anak.
Tetap gunakan pendekatan lemah lembut kepada anak, tetapi kini edukasikan mengenai adanya konsekuensi.
Dengan demikian, anak jadi memikirkan ulang tindakan berbohongnya tersebut.
Dr. Matthew Rouse, psikolog klinis berlisensi, dalam artikel Child Mind Institute, merekomendasikan konsekuensi yang dapat diberikan anak ketika berbohong, yaitu konsekuensi bersifat pendek, tidak berlebihan, dan memberikan kesempatan kepada anak untuk berbuat perilaku yang lebih baik. Misalnya, melakukan pekerjaan rumah.
Ketika konsekuensi sudah diberikan, jangan lupa sampaikan apresiasi sehingga anak tetap merasa dihargai oleh orang tua.
Dalam siniar Dongeng Pilihan Orangtua bertajuk “Dongeng Pippo dan Gato”, dikisahkan terdapat dua kakak beradik, Oratielo dan Pippo, yang diwariskan sebuah nyiru dan seekor kucing untuk masing-masing dari mereka. Oratielo yang mendapatkan nyiru lantas menggunakannya untuk bekerja.
Sedangkan Pippo yang mendapatkan seekor kucing lihai dan cerdik bernama Gato, menggunakan kepiawaian berbohong Gato untuk kenikmatannya ia sendiri dengan menipu raja.
Dengarkan “Dongeng Pippo dan Gato” dan dongeng anak lainnya dalam siniar Dongeng Pilihan Orangtua setiap hari Senin, Rabu, dan Jumat di Spotify atau akses melalui tautan berikut https://spoti.fi/3BKRZGx.
Baca Juga: Tips Membimbing Anak Meraih Cita-Cita Ala Dongeng Pilihan Orangtua