Sonora.ID - Berbohong adalah menyatakan sesuatu yang tidak benar secara disengaja.
Secara agama, sosial, dan norma, berbohong merupakan suatu pelanggaran yang dikaitkan dengan perbuatan negatif bahkan dosa.
Kendati demikian, tindakan berbohong merupakan hal umum ditemukan di berbagai kalangan usia, tidak terkecuali anak-anak.
Biasanya, anak-anak berbohong untuk menutupi kesalahan yang mereka perbuat agar tidak dimarahi oleh orang dewasa.
Selain itu, anak-anak juga bisa berberbohong untuk memperoleh perhatian.
Jika tidak segera ditangani, dikhawatirkan sikap tidak jujur ini akan menjadi kebiasaan bagi anak.
Bahkan, anak bisa cenderung kecanduan dan melakukannya lagi. Jangan sampai anak seperti tokoh dalam siniar (podcast) Dongeng Pilihan Orangtua bertajuk “Dongeng Pippo dan Gato”, yang mengelabui orang lain hanya untuk kesenangannya saja.
Baca Juga: Dongeng, Medium Bagi Orangtua untuk Bangun Kedekatan dengan Anak
Lantas, apa yang harus dilakukan oleh orang tua ketika telah mengetahui bahwa si buah hati berbohong supaya tidak menjadi kebiasaan kedepannya?
Menjadi Contoh yang Baik
Bagaimanapun juga, orang tua merupakan panutan dan role model pertama anak. Perlihatkanlah cara hidup jujur dan amanah kepada anak.
Hal ini bisa dimulai dengan menepati janji yang orang tua berikan kepada anak.
Jika janji yang diberikan ditepati, maka anak akan merasa bahwa orang tuanya jujur.
Meskipun terdengar sepele, tetapi anak akan meniru apa yang ia lihat dan rasakan.
Pendekatan Lemah Lembut
Ketika mulai mengetahui bahwa anak mulai berbohong, hal pertama yang dirasakan oleh orang tua adalah rasa kecewa dan marah.
Selanjutnya, anak dicap sebagai “nakal” atau “buruk”. Padahal, dengan labelling seperti itu, justru anak cenderung semakin menutupi kebenarannya karena berusaha melepaskan labelling tersebut.
Menurut situs Child Mind Institute, hal yang sebaiknya dilakukan orang tua adalah pendekatan lemah lembut.
Sebab, ketika anak berbohong, mereka sebenarnya tidak sadar bahwa tindakan tersebut merupakan suatu hal yang tidak benar.
Biasanya, mereka berbohong karena takut dimarahi atau sedang mengalami rendah diri.
Dengan demikian, peran orang tua untuk menegur anak secara lemah lembut dapat menjadi solusi.
Jangan gunakan kata-kata negatif, justru apresiasi kejujuran anak sehingga anak tidak merasa terintimidasi.
Baca Juga: Optimalkan Parenting, Ini Cara Orang Tua Paham dengan Konteks Bohong yang Baik dan Buruk!
Kenalkan Konsekuensi Berbohong Kepada Anak
Semakin dewasa, anak bisa semakin lihai berbohong karena tuntutan pertemanan atau sosial.
Jika hal ini diteruskan, maka akan menjadi suatu kebiasaan buruk yang dapat menjadi bumerang bagi anak.
Tetap gunakan pendekatan lemah lembut kepada anak, tetapi kini edukasikan mengenai adanya konsekuensi.
Dengan demikian, anak jadi memikirkan ulang tindakan berbohongnya tersebut.
Dr. Matthew Rouse, psikolog klinis berlisensi, dalam artikel Child Mind Institute, merekomendasikan konsekuensi yang dapat diberikan anak ketika berbohong, yaitu konsekuensi bersifat pendek, tidak berlebihan, dan memberikan kesempatan kepada anak untuk berbuat perilaku yang lebih baik. Misalnya, melakukan pekerjaan rumah.
Ketika konsekuensi sudah diberikan, jangan lupa sampaikan apresiasi sehingga anak tetap merasa dihargai oleh orang tua.
Dalam siniar Dongeng Pilihan Orangtua bertajuk “Dongeng Pippo dan Gato”, dikisahkan terdapat dua kakak beradik, Oratielo dan Pippo, yang diwariskan sebuah nyiru dan seekor kucing untuk masing-masing dari mereka. Oratielo yang mendapatkan nyiru lantas menggunakannya untuk bekerja.
Sedangkan Pippo yang mendapatkan seekor kucing lihai dan cerdik bernama Gato, menggunakan kepiawaian berbohong Gato untuk kenikmatannya ia sendiri dengan menipu raja.
Dengarkan “Dongeng Pippo dan Gato” dan dongeng anak lainnya dalam siniar Dongeng Pilihan Orangtua setiap hari Senin, Rabu, dan Jumat di Spotify atau akses melalui tautan berikut https://spoti.fi/3BKRZGx.
Baca Juga: Tips Membimbing Anak Meraih Cita-Cita Ala Dongeng Pilihan Orangtua