Sebagai contoh di tahun 2015 ada penekanan ekonomi hingga 3,4% dan bertambah lagi 1% pada tahun berikutnya.
Hal tersebut terjadi saat Presiden Rusia Vladimir Putin mencoba mengembalikan lagi posisinya di kelompok negara-negara superpower.
Hl tersebut juga berpotensi berimbas kepada warga biasa Rusia yang paling merasakan penderitaan terbesar.
Tingkat harga melejit hingga berpotensi membuat warga Rusia hidup dalam kemiskinan.
Turunnya tingkat upah dan tingginya tingkat suku bunga memukul perekonomian domestik.
Penderitaan Sanksi
Embargo ekonomi menyebabkan perusahaan Ruisa tidak dapat mendapatkan uang di kawasan perdagangann Eropa bila terjadi pemblokiran perdagangan dan larangan yang akan diterima oleh Rusia bila terjadi sanksi terhadap negara ini.
Bila hal tersebut benar akan terjadi bisa saja sebagai balasan, Rusia memberlakukan larangan impor produk makanan dan agrikultur dari Barat.
"Ini merupakan guncangan kepercayaan bagi populasi, kepercayaan investor asing, dan investasi bagi ekonomi," jelas Ernesto Ramirez Rigo, IMF mission chief untuk Rusia.
Baca Juga: Puan Minta TNI-Polri Bantu Kawal Pemulihan Ekonomi dan Sosial Demi Kesejahteraan Rakyat
Tak Berteman
Jika benar akan terjadi adanya sanki-sanksi internasional oleh negara Barat, tak heran bila negara lain akan kurang percaya terhadap Rusia.
Apalagi bila SWIFT atau Society for Worldwide Interbank Finansial Telecommunication yang merupakan lembaga keuangan internasional melumpuhkan kemampuan Rusia dalam perdaganganan.
Maka negara lain juga ikut serta. Diketahui, negara seperi Jepang, Korea Selatan dan Singapura telah mengikuti langkah Uni Eropa dalam memberikan sanksi ekonomi terhadap Rusia.
Baca Juga: Di Hadapan Negara G20, Jokowi: Harus Fokus untuk Bersinergi dan Berkolaborasi Menyelamatkan Dunia