Sonora.ID - Memiliki rambut lurus mungkin bagi sebagian orang menganggapnya sebagai standar kecantikan utama seorang perempuan.
Lalu, apakah mereka yang memiliki rambut keriting merupakan perempuan yang ‘kurang cantik’? Nyatanya, masih ditemukan body shaming bahkan bullying kepada mereka yang berambut keriting, lho.
Perundungan atau bullying merupakan perilaku tidak menyenangkan menyangkut komentar fisik maupun verbal, yang didapati dari lingkungan sosial, atau dunia maya.
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Riana Nurhayati menyebutkan, meski pemerintah sudah membuat kebijakan, belum ada kebijakan yang benar-benar bisa mengatasi kasus perundungan secara komprehensif.
Perlakuan perundungan yang disebabkan oleh rambut yang berbeda dialami oleh Muthia Zahra sejak usianya sekitar 5 atau 6 tahun. Berbagai candaan kerap ia terima, hanya karena tidak memiliki rambut yang lurus.
Baca Juga: Wonwoo Seventeen Disebut-Sebut Sebagai Anak dari Ganjar Pranowo Cabang Seoul?
Lalu bagaimana Muthia Zahra melewati masa-masa sulit tersebut?
Mencari Bantuan ke Psikolog
Perlakuan perundungan yang diterima Muthia Zahra sejak duduk dibangku sekolah SD. Hal ini membuatnya terus-menerus pindah sekolah, agar tidak mendapat perlakuan seperti itu lagi. Namun, meski sudah sering pindah sekolah, perlakuan bullying tetap ia dapatkan.
Kejadian tersebut membuat orang tuanya memutuskan untuk mendatangi psikolog anak agar Muthia tidak lagi stres dan berdampak pada kondisi mentalnya. Muthia juga dimasukkan kelas pengembangan diri untuk menyelesaikan masalah yang berawal dari diri sendiri.
“Pergi ke psikolog sangat berpengaruh untuk ngebantu aku keluar dari masalah ini. Aku diajarin cara percaya diri, dengan menceritakan semua keluh kesahku dan bisa leluasa mengeluarkan uneg-uneg serta emosi yang aku dapat,” ujarnya.
Pentingnya Support System
Dukungan dari keluarga dan kerabat dekat sangat membantu Muthia untuk menerima dirinya sendiri, dan melawan pandangan buruk orang lain terhadap dirinya. Adanya support system bisa membantu kita menceritakan pengalaman buruk yang sudah terjadi, untuk sekadar meringankan beban pikiran kita
Jangan sampai korban perundungan berdiri sendiri menghadapi perlakuan negatif dari orang lain. Jangan biarkan korban merasa tidak berharga sehingga berpengaruh pada kemampuan sosial serta emosionalnya. Bahkan dampak buruknya, korban perundungan bisa mengalami gangguan kesehatan mental seperti stres hingga depresi.
Memaafkan Pelaku
Muthia percaya bahwa, dengan memaafkan pelaku perundungan dapat membuat dirinya sedikit terobati. Karena jika kita terus melawan perlakuan negatif dari orang lain, tidak ada gunanya dan hanya akan membawa dampak negatif pada diri sendiri.
“Balas komentar negatif mereka dengan prestasi yang kita punya. Buktikan jika kita mampu melawan komentar mereka, jangan sampai kita terpuruk dan tidak bisa berkembang karena masa lalu yang sakit,” ungkapnya.
Memperbaiki Diri Sendiri
Fokus pada pengembangan diri sendiri, dengan temukan kelebihan dan kekurangan diri. Penting untung mengenali diri sendiri, agar mempermudah untuk mencapai tujuan.
Jangan ragu untuk mencoba hal baru, singkirkan rasa takut gagal jika mencoba suatu hal baru. Terapkan kebiasaan baik yang bisa dimulai dari rutinitas sehari-hari, hal tersebut bisa membawa Anda ke arah yang lebih maju.
Dalam siniar tersebut, Muthia juga mengatakan, jika bertemu dengan korban bullying fisik maka harus melaporkannya ke pihak yang berwenang, lalu cari pertolongan terdekat. Jika bullying verbal yang didapat, tidak usah mendengarkan perkataan mereka, tutup kuping kita rapat-rapat dan abaikan suara mereka. Perlakuan pelaku dapat dibalas dengan menjadi versi terbaik dari diri sendiri.
Topik seputar para perempuan Indonesia dengan berbagai latar belakang dalam merangkul serta mendefinisikan kecantikannya, yang tayang tiap hari Kamis melalui siniar Semua Bisa Cantik yang bisa diakses melalui tautan berikut https://spoti.fi/3LHZ2oh