Semarang, Sonora.ID - Pada lanjutan babak 16 besar Liga Champions Eropa, Bayern Munich berhasil menaklukkan klub asal Austria, Red Bull Salzburg.
Pasukan yang dinahkodai oleh Julian Nagelsmann ini sukses menjebol gawang Salzburg sebanyak 7 kali dan dibalas hanya 1 kali saja dan agregat akhir adalah 8-2 untuk Bayern Munich.
Hasil ini memastikan Bayern Munich melangkahkan kakinya ke babak 8 besar Liga Champions Eropa.
Baca Juga: Menarik! Ternyata Raja Minyak Rusia Pecinta Sepak Bola, Simak Faktanya!
Pada pertandingan ini ujung tombak andalan Bayern, Robert Lewandowski mencetak hattrick atau 3 gol dalam waktu 11 menit saja sekaligus menobatkan dirinya sebagai Man of the match.
Bukan hasil yang mengejutkan untuk Bayern Munich, banyak orang yang memprediksi bahwa Bayern akan melenggang dan melaju babak 8 besar dengan mudah.
Selain itu, juga banyak yang memprediksi Bayern Muncih akan membantai Red Bull Salzburg dalam 2 pertandingan.
Namun, hasil pada pertandingan pertama cukup menyita perhatian. Bermain di Red Bull Arena, kandang Red Bull Salzburg, Die roten berhasil ditahan imbang 1-1.
Jika melihat kekuatan dan statistik diatas kertas, Bayern Munich memang unggul disemua sisi, tetapi yang Namanya bola itu tetaplah bundar.
Baca Juga: Rusia Invasi Ukraina, Apa Kabar Klub Sepak Bola Shaktar Donetsk?
Kita tidak pernah tau pasti berapa skor yang akan tercipta dan tim mana yang akan memenangkan pertandingan.
Jika melihat pasukan Bavarian ini sedang di performa paling top, mereka memang suka membantai klub lawan, dari liga domestic hingga di kancah internasional.
Mereka pernah membantai klub besar Liga Inggris, Arsenal dengan agrerat 10-2 dengan masing-masing skor pertandingan 5-1.
Kub asal Inggris lain, Tottenham Hotspur pernah dilumat habis-habisan di group stage dengan skor 7-2.
Kenangan yang tak terlupakan soal pembantaian oleh Bayern Munich terjadi saat mereka bertemu dengan Barcelona, klub asal Spanyol yang memiliki segudang prestasi dan salah satu klub terbesar dunia yang memiliki banyak pemain kelas dunia.
Pada tahun 2020, mereka bertemu Barcelona dalam lanjutan babak 8 besar Liga Champions Eropa, tak diduga-duga Barcelona diberi pelajaran yang berharga, mereka dibantai habis 8-2 oleh Lewandowski dan kawan-kawan.
Tidak ada seorangpun yang memprediksi bahwa pertandingan akan berakhir dengan skor yang sangat mencolok, karena kedua tim memiliki pemain-pemain kelas dunia dan berharap bahwa pertandingan akan berjalan sengit.
Walaupun sudah berganti pelatih berkali-kali, Bayern Munich tetap tampil konsisten baik di kancah domestik maupun internasional.
Baca Juga: Klub Chelsea Ingin Dijual, Ternyata Segini Harganya! Seleb Indonesia Ada yang Berminat Beli?
Tak terpungkiri, banyak orang yang menganggap bahwa dengan adanya Bayern Munich, Bundesliga atau kasta tertinggi Liga Jerman menjadi liga yang membosankan atau sering disebut sebagai “liga petani”.
Hal ini disebabkan oleh Bayer Munich yang sudah menjuarai Bundesliga sejak musim 2012/2013 atau sudah 8 kali berturut-turut menjadi juara.
Lalu mengapa mereka selalu bisa tampil konsisten selama bertahun-tahun?
Seperti kebanyakan klub asal Jerman lainnya, Bayern Munich juga selalu bermain dengan filososfi dan sistem yang jelas.
Mayoritas klub Jerman pasti bermain dengan megandalkan teamwork, mulai dari build-up serangan, melakukan pressing kepada pemain lawan hingga transisi cepat dari posisi menyerang ke posisi bertahan atau sebaliknya.
Bayern Munich juga selalu merekrut pelatih-pelatih yang bermain dengan sebuah sistem dan filososfi yang selaras dengan klub.
Nama-nama seperti Jupp Heynckes, Pep Guardiola hingga pelatih terbaru mereka, Julian Nagelsmann selalu menerapkan filososfi permainan ala Bayern Munich.
Permainan yang didasari dengan sebuah sistem dan kerja sama tim akan selalu bertahan dan konsisten dengan jangka waktu yang lebih lama.
Selain itu, mereka hanya perlu membongkar pasang pemain yang sekiranya cocok dengan permainan yang telah dibuat oleh klub dan pelatihnya.
Pemain-pemain yang memiliki skill individu diatas rata-rata bukannya tidak cocok, mereka memang memiliki value lebih.
Namun, mereka juga harus dipaksa bermain sebagai sebuah tim yang mengandalkan passing dan postioning bukan mngandalkan teknik dribble tingkat tinggi untuk melewati 2-3 orang sendirian.
Hal ini sudah dibuktikan oleh Bayern Munich yang selalu tampil konsisten dan jika ternyata mereka mulai keteteran dengan sistem mereka, mereka hanya perlu mengubah sistem mereka dengan menyesuaikan gaya sepakbola yang lebih modern lagi.