“Strategi ke depan, jadi kalau seandainya prevalensi antibodinya masih rendah, ya kita harus genjot habis-habisan vaksinasinya dan protokol kesehatan harus ketat. Tapi kalau prevalensinya cukup tinggi ya vaksinasi tetap juga, tapi (ditujukan untuk) target-target tertentu yang belum (tepat) sasarannya di masyarakat, yang belum memiliki antibodi,” tuturnya.
Sementara itu, Menkes Budi Gunadi Sadikin menyampaikan, survei serologi yang dilakukan di Indonesia merupakan dua terbesar di dunia setelah India. Survei ini nantinya akan dilakukan selama enam bulan sekali untuk menjadi pertimbangan pemberian vaksinasi dan relaksasi di tengah pandemi.
Dirinya menegaskan, hasil survei ini dapat menjadi landasan kebijakan pemerintah ke depan, sehingga benar-benar berbasis riset.
"Rencana kami (sero) survei ini akan kami lakukan minimal enam bulan sekali,” ujarnya.
Di lain pihak, ahli epidemiologi dari FKM UI Pandu Riono yang hadir secara virtual menambahkan, kadar antibodi menjadi hal yang penting agar masyarakat bisa menghadapi pandemi.
Ia juga menekankan, vaksinasi lebih efektif untuk meningkatkan kadar antibodi dibandingkan dengan hanya membiarkan penduduk terinfeksi.
“(Antibodi penting) agar kita bisa menghadapi pandemi ini apa pun variannya," tandasnya.
Baca Juga: Reisa: Vaksinasi Booster Membantu Meningkatkan Proteksi Individu