Makassar, Sonora.ID - Belum lama ini Pemerintah Kota Makassar mengumumkan akan menerapkan konsep metaverse yang disebut Makaverse (Makassar Metaverse).
Dengan demikian, Kota Makassar nantinya akan memperkuat ekosistem digital. Namun program tersebut mendapat sorotan dari pakar teknologi informasi (IT).
Salah satuya datang dari Dr Indrabayu, Sekretaris Departemen Informatika Universitas Hasanuddin (Unhas).
Melalui talkhsow Makassar Insight persembahan Smartfm, Indrabayu menyampaikan beberapa penilaiannya terhadap program Makaverse.
Menurutnya, dari segi definisi, Metaverse punya tiga komponen penting yakni 3D, virtual, dan koneksi sosial (social connection).
"Jika satu dari tiga komponen tersebut tidak terpenuhi, artinya itu bukan metaverse. Metaverse sendiri baru diketahui umum karena facebook mengeluarkan platform meta. Microsoft pun nantinya bersiap meluncurkan platform serupa yang memungkinkan orang dapat bertemu meski jarak jauh," ujar Indrabayu.
Konsekuensi dari sisi informatika, kata Indrabayu, koneksi sosial yang ditandai hadirnya avatar akan menggunakan data internet sangat besar.
Sementara, infrastruktur internet dinilai masih belum memadai. Ditambah sebagian besar masyarakat belum memahami dunia digital. Sehingga dengan kata lain, Makassar masih butuh banyak persiapan untuk menerapkan metaverse.
"Akhirnya semua ahli-ahli IT menganggap Makassar belum siap mengadaptasi konsep metaverse," sebutnya.
Baca Juga: Makassar Layak Terapkan Konsep Metaverse, Begini Pandangan CEO WIR Group
Karenanya, ia menyayangkan Pemkot Makassar tidak melibatkan ahli-ahli IT saat membahas konsep metaverse dalam rakorsus yang digelar baru-baru ini.
"Kami bukan mau menghambat, bahkan kalau perlu kami akan bantu sosialisasi. Hanya saja kami mewakili masyarakat Makassar ingin tahu konsep metaverse apa yang ditawarkan," ucap Indrabayu.
Ke depan, ia pun berharap, Pemkot Makassar membuka ruang diskusi untuk membahas lebih jauh konsep metaverse. Sebab, metaverse bukan hanya terkait teknologi informasi. Tapi akan menyangkut banyak aspek.
"Saya tidak bermaksud menghalangi mimpi Pak Wali, tapi ada metodologi yang harus kita ikuti. Kumpulkan ahli ahli dari Makassar, baru kita bicara soal infrastruktur. Jika konsep metaverse dipaksakan tetap berjalan dengan infrastruktur terbatas, maka dipastikan metaverse tidak bisa digunakan," pungkasnya.
Kendati demikian, Organisasi Perangkat Daerah (OPD) lingku Pemkot Makassar bersiap menerapkan konsep metarverse. Seperti diakui Kepala Dinas Pariwisata Kota Makassar, Mohamamd Roem. Menurutnya, metaverse dapat diaplikasikan untuk pemasaran sektor pariwisata.
"Jadi mendekatkan calon wisatawan dengan kota Makassar. Saat ini promosi dilakukan secara konvensional paling di media sosial. Nanti metaverse, bisa ada pemandu wisata virtual," ujar Roem.
Hal senada disampaikan Kepala Dinas Perpustakaan Kota Makassar, Andi Tenri Palallo. Metarverse, kata Tenri, sangat memungkinkan diterapkan di perpustakaan. Sebab, literasi metaverse adalah literasi masa depan.
Sedangkan, Kepala Dinas Kesehatan Kota Makassar, Nursaidah Sirajuddin menuturkan, pihaknya akan memanfaatkan metaverse untuk membuat membuat pengawas minum obat (PMO) virtual yang dapat memantau pasien.