Sonora.ID – Berawal dari kasus penipuan Indra Kenz dan Doni Salmanan, kini publik sedang gencar-gencarnya menguliti sumber kekayaan dari crazy rich yang sering wira-wiri pemer kekayaan di media sosial.
Belakangan, masa lalu pasangan crazy rich Malang, Juragan 99 dan Shandy Purnamasari dikorek habis-habisan.
Muncul dugaan kalau pesawat yang sering kali dipamerkan oleh Crazy Rich Malang itu ternyata bukan miliknya.
Dugaan tersebut muncul manakala stiker Juragan 99 dan MSGlow hilang dari badan pesawat tersebut.
Baca Juga: Flexing Jadi Syarat Influencer Terkenal Instan? Ini Sederet Bahaya yang Mengancam!
Lalu sempat berhembus kabar bahwa Juragan 99 dan Shandy Purnamasari menjadi tersangka dan diburu pihak kepolisian.
Sebenarnya, bukan masalah jika ingin memperlihatkan kekayaan Selama barang yang dipamerkan adalah milik pribadi dan hasil pencapaian diri.
Tapi yang bahaya jika doyan pamer di luar kemampuan finansial, akhirnya pakai fasilitas utang, pencucian uang atau mungkin pinjam barang orang.
Menanggapi fenomena crazy rich, dalam podcast Deddy Corbuzier, ia pun mengungkap ciri-ciri crazy palsu yang mungkin tidak disadari.
Bersama dengan seorang coach bisnis, Tom MC Ifle, Deddy pun membongkar beberapa tanda seseorang mungkin tidak sekaya kelihatannya.
Kualitas nggak penting, pokoknya harus branded
Sebenarnya orang kaya palsu ini mereka sudah tahu merek mana yang akan mengangkat images mereka baik di ruang publik maupun media sosial.
“Bukan hanya outfit tetapi mereka diberikan uang yang banyak untuk dipublikasikan pertanda bahwa mereka itu kaya”, jelas Tom MC Ifle.
Dan tidak bisa dipungkiri sekarang fake rich sudah menjadi industri, bahkan terdapat merek tertentu menyediakan agen untuk setting studio foto menggukanan layar hijau.
Hasil foto akan diedit akan menggunakan aplikasi pengedit dengan hasil foto mereka berada di jet pribadi dengan berbagai pose.
Sebaliknya "Orang kaya beneran, malu bro kalau foto-foto di jet pribadi," imbuhnya.
Butuh pengakuan
Seorang fake rich alias orang kaya palsu selalu mempublis apapun yang mereka lakukan.
Mereka berusaha memberi kesan bahwa mereka punya harta dan akses. Hal tersebut sering kali dilakukan karena mereka butuh validasi, kebiasaan yang terbangun sejak kecil.
"Pada dasarnya kita hidup butuh validasi secara psikologi karena dari sekolah kita selalu dinilai, constantly validate dari sekolah dan biasanya kita dapat privilege. Sekarang kalau ke mol kita pakai mercy biasanya dapet parkir duluan, pakai Innova dicuekin," jelas Tom.
Ketika images mereka telah medapatkan validasi secara psikologis dan ditunjang dengan privilege dari banyak orang.
Maka kita tidak bisa membedakan fake rich alias orang kaya palsu dan yang benar-benar kaya.
Sehingga apapun yang dilakukannya orang akan lebih mudah percaya, karena orang kaya dan orang sukses dipandang lebih terhormat.
Baca Juga: Sindir Indra Kenz, Grace Tahir Ungkap 5 Tanda Mencolok Orang Kaya Baru
Cenrung banyak haters
“People need enemi, they create enemy because they need the impact from haters”
Anehnya, kalau biasanya orang-orang maunya hidup damai tanpa musuh, para orang kaya palsu justru mau menciptakan kelompok haters.
Bagaimana tidak, netizen lebih tertarik kepada orang yang menyuguhkan sensasi alih-alih prestasi.
Mereka percaya semakin banyak haters yang dimiliki, maka nama mereka akan semakin viral dan menjadi perbincangan banyak orang.
Berteman dengan sesama orang kaya palsu
Disadari atau tidak, sesama orang kaya palsu akan saling berteman dan mendukung satu sama lain.
Jadi jangan heran kalau misalnya satu orang tertangkan kasus tertentu, maka nggak menutup kemungkinan teman-teman satu circle-nya akan ikut terseret.
Pasti Ada Bos Pemodal
Pasti ada sosok yang membantu dibalik orang kaya palsu memodali segala yang dibutuhkan outfit, mobil atau segala yang menunjang kegiatan si fake rich.
Dengan berbagai motif dengan tujuan untuk dapat meraup keuntungan.
Melansir dari Kompas.com, Akademisi dan praktisi bisnis asal Indonesia Prof. Rhenald Kasali, Ph.D mengatakan, orang kaya yang sesungguhnya tidak ingin menjadi pusat perhatian.
Oleh karena itu, flexing menurut Rhenald justru bukan cerminan orang kaya yang sesungguhnya.
Bahkan, jika benar-benar tujuannya untuk menarik perhatian, flexing bisa jadi hanya menjadi strategi marketing.
Baca Juga: Indra Kenz Terancam Miskin? Ini 5 Alasan Penting Siapkan Dana Darurat