Sonora.ID -Sejak beberapa dekade yang lalu di dunia musik industry global muncul sebuah istilah baru yang di kenal dengan nama "world music".
Istilah ini awalnya hanya di gunakan dalam lingkungan akademik bidang etnomusikologi.
Namun setelah produser dan toko CD raksasa seperti di Amerika dan Eropa seperti Virgin Records menggunakan nama ini untuk menjual produk khusus “world music", maka istilah ini menjadi sangat popular.
Di bawah label World Music ini para pembeli dapat menemukan musik-musik dari Amerika Latin, Afrika, Asia, Eropa (Celtic) dan juga Gamelan.
30 tahun setelah istilah atau genre baru ini muncul, pasar global world music melejit menjadi 10% dari pasar industri musik dunia dengan jumlah uang sekitar 6,5 milyar dolar.
Melihat terbukanya pasar baru yang begitu menggiurkan, banyak negara dewasa ini memasuki arena world music dengan berlomba-lomba menyelenggarakan festival dan expo world music di wilayah mereka.
Baca Juga: Daftar Lengkap Pemenang SCTV Music Awards 2022: Rizky Febian Jadi Penyanyi Solo Pria Paling Ngetop!
Festival dan expo yang paling berpengaruh dalam perkembangan world music global adalah WORLD MUSIC, ARTS AND DANCE (WOMAD) dan WORLD MUSIC EXPO (WOMEX) yang berlangsung di Eropa.
Festival dan expo ini menunjukkan bahwa planet ini memiliki kekayaan dan keragaman budaya world music yang sangat luar biasa.
Keragaman ini tumbuh dan berkembang akibat pertemuan berbagai peradaban manusia selama ribuan tahun di pelbagai belahan dunia.
Dewasa ini, perkembangan world music di dunia telah membuka sebuah horizon musik baru di millennium ke tiga.
Oleh karena itu, para pelaku world music perlu mengambil sebuah posisi yang jelas dan kokoh dalam arena musik global.
Indonesia adalah negara dengan penduduk terbesar ke empat dan juga penduduk muslim terbesar di dunia.
Selama ribuan tahun Indonesia juga menjadi persimpangan pertemuan peradaban dunia yang datang dari belahan Timur dan Barat.
Akibatnya, pertumbuhan budaya world music yang begitu beragam sangat luarbiasa di negeri ini.
Dalam konteks inilah Direktorat Perfilman, Musik dan Media Baru, Direktorat Jenderal Kebudayaan Rl menyiapkan sebuah forum bernama INDONESIAN MUSIC EXPO (IMEX) untuk memperkenalkan kepada dunia budaya world music Nusantara di Pulau Dewata Bali agar para pelaku di industri world music global dapat datang dan berbelanja sesuai dengan keperluan mereka masing-masing.
IMEX bertujuan untuk menjadi rekanan dari WOMAD dan WOMEX di Eropa, walaupun untuk saat ini fokus kami hanyalah pada musik Indonesia.
Pada kesempatan Konferensi Pers tanggal 18 Maret di MBloc, Dr.Hilmar Farid mengemukakan kepada para wartawan bahwa di tahun-tahun mendatang IMEX akan membuka kesempatan kepada negara-negara lain untuk memanfaatkan IMEX sebagai ajang pertemuan budaya antara musik-musik mereka dan musik di seluruh Nusantara.
Direktur Perfilman, Musik dan Media, Bapak Ahmad Mahendra dalam kesempatan itu menambahkan bahwa IMEX juga merupakan acara puncak yang menampung grup-grup musik pilihan dari Festival Musik Tradisional Indonesia yang di selenggarakan oleh Kemendikbud di pelbagai tempat seperti Pulau Samosir atau Labuan Bajo.
Sehubungan dengan adanya kesempatan ini, kami ingin mengundang Anda semua untuk menyaksikan acara IMEX (pertunjukkan, pameran, talkshow dan workshop) yang menampilkan grup top world music dari seluruh Nusantara di Puri Lukisan, Ubud-Bali pada tanggal 24-27 Maret 2022.
Dalam gelaran Jumpa Pers yang di lakukan di Puri Lukisan Ubud, Bali baik secara Offline dan Zoom, dimana Edy Irawan mewakili Direktur Perfilman, Musik dan Media Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset Dan Teknologi menyampaikan via zoom bahwa pihaknya mendukung pelaksanaan World Music keforum yang lebih tinggi, sehingga melalui IMEX 2022 ini, diharapkan bisa membangun ekosistem musik tradisional serta memperkenalkan musik Nusantara kepada Dunia.
"Kita mendukung penuh kegiatan IMEX 2022 ini, dan harus kita kembangkan lagi ekosistem musik Nusantara yang ada di Indonesia, baik di dalam negeri maupun luar negeri," ucapnya.
Sementara itu, Pendiri IMEX, Franky Raden menyampaikan bahwa Ubud ini memiliki pengaruh yang sangat luar biasa terhadap perubahan musik dunia. Sehingga dari history tersebut gelaran IMEX ke 2 Tahun 2022 ini di gelar di Ubud, Bali.
"Kita ingin mempersatukan musik-musik Nusantara ke Ubud, karena disinilah titik mulanya. Akan ada musik Nusantara dari berbagai daerah di Indonesia, mulai Aceh sampai ke Kupang. Group-group ini akan menampilkan musik-musik tradisional mereka yang berasal dari tradisi budaya mereka masing-masing," tuturnya.
Berikut ini adalah latar-belakang seluruh grup utama yang akan tampil pada IMEX di Ubud, Bali. Akan tampil sebanyak 18 Group dalam gelaran IMEX 2022 yang mengambil tema"The Paradise of World Music"
Baca Juga: Bandara Ngurah Rai Bali Kembali Mendapatkan Tambahan Maskapai Internasional Rute Kuala Lumpur
GRUP YANG AKAN TAMPIL PADA IMEX 2022
SUMATRA
KANDE
Kande adalah grup world music dari Aceh yang di pimpin oleh Rafli,seorang penyanyi dan pengarang lagu yang sangat berbakat. Grup ini sering tampil pada festival world music internasional yang sangat bergengsi.Dengan kualitas dan teknik vokalnya yang luar biasa, Rafli selalu berhasil memukau ribuan penontonnya.
SUARASAMA
Suarasama adalah grup world music dari Medan, Sumatra Utara yang di pimpin oleh etnomusikolog, Iwansyah Harahap. Musik mereka berangkat dari musik Sufi yang memiliki bernafaskan spiritual. Di dukung oleh penyanyi wanita yang berbakat,Rita Hutajulu Suarasama berhasil menyajikan bentuk world music yang sangat menarik.Grup ini juga sering tampil pada berbagai festival world music internasional yang bergengsi.
MUSIK BATAK KARO
Musik Batak Karo adalah salah satu musik yang sangat unik dari Sumatra Utara. Salah satu yang menarik dari mereka adalah penggunaan alat musik gendang kecil yang bersuara sangat lembut. Grup yang akan tampil pada IMEX merupakan pilihan dari festival musik tradisi yang diselenggarakan oleh Direktorat Film, Musik dan Media Baru,Direktorat Jendral Kebudayaan Rl.
RIAU RHTYHM
Riau Rhythm adalah grup world music dari Riau, wilayah pesisir di Sumatra Barat. Berangkat dari musik Melayu pesisir yang khas, grup ini mencoba mengembangkan gaya world music baru. Instrumen mereka merupakan campuran dari musik tradisi dan Barat.
SAKO SARIKAT
Sako Sarikat adalah grup world music yang progresif dari Lampung. Musik mereka berangkat dari tradisi musik Minangkabau yang digarap dengan sentuhan modern. Alat musik mereka pun merupakan campuran yang menarik. Meskipun merupakan grup baru, Sako Sarikat memiliki potensi yang sangat besar.
JAKARTA
INDONESIAN NATIONAL ORCHESTRA (INO)
Indonesian National Orchestra (INO) terdiri dari 35 pemain musik tradisional dari berbagai daerah yang di dirikan oleh Franki Raden pada tahun 2010.Penampilan INO pada IMEX adalah dalam bentuk ensemble yang terdiri dari 11 pemain inti INO.Tahun 2017 INO Ensemble berhasil memperoleh Juara 3 pada festival world music kompetitif dunia yang di ikuti oleh 68 negara di Samarkand.
JAWA
SAMBASUNDA
Sambasunda adalah grup world music dari Bandung yang sangat terkenal di dunia internasional pimpinan lsmet Ruchimat. Musik mereka berangkat dari musik Jaipongan yang di gabung dengan musik Barat. Pertunjukkan mereka di beberapa festival world music internasional selalu berhasil mengajak para penonton setempat untuk berjoget.
BALI
BONA ALIT
Bona Alit adalah grup world music yang di pimpin oleh seorang maestro dan pembuat alat musik terkenal dari Bali, Gung Alit. Musik mereka merupakan campuran yang menarik antara gamelan Bali dan musik Barat. Album mereka yang berjudul Kisi Kisi sangat popular di Bali maupun di luar negeri. Gung Alit sendiri seringkali menjadi instruktur musik tamu di luar negeri.
JEGOG SUAR AGUNG
Jegog adalah jenis musik bambu tradisional yang paling terkenal dan unik di Bali. Suara rendah dari alat musik bambu berukuran raksasa membuat musik Jegog ini mampu mendatangkan kesan mistik yang luar biasa. Jegog Suar Agung yang tampil di Road to IMEX ini berasal dari Jembrana dan di dirikan oleh almarhum | Wayan Suwentra. Jegog Suar Agung adalah grup musik Bali yang paling terkenal di luar negeri.
NOIZEKILLA
NoizeKilla adalah sebuah grup world music progresif yang di pimpin oleh penyanyi-pengarang lagu muda yang berbakat, Adhi Bhisma Wrhaspati. Mereka berhasil menggabungkan reggae dengan musik tradisional Indonesia dengan cara yang sangat menarik. NoizeKilla adalah salah satu grup world music yang sangat di gemari oleh kaum milenial karena lirik lagu-lagu mereka banyak bercerita tentang masalah sosial dengan kritis.
SULAWESI
DADENDATE
Dadendate adalah sebuah bentuk musik tutur kuno yang berasal dari Kerajaan mistis Sindue di Donggala,Sulawesi Tengah.Pementasan Dadendate dapat berlangsung sangat lama tergantung pada isi cerita yang mereka garap dalam bentuk nyanyian. Formasi musik mereka terdiri dari satu atau dua alat musik gambus, sebuah suling bamboo dan dua orang penyanyi. Dewasa ini Dadendate hanya dapat di mainkan oleh kakak-beradik Logompuyu dan Lavante yang mewarisi musik ini secara turun-temurun dari nenek-moyang mereka.
PINKAN INDONESIA
PINKAN adalah Persatuan Insan Kolintang Nasional Indonesia yang dipimpin oleh Penny Marsetio. Anggota mereka terdiri dari Pembuat Kolintang, Pemain, Pelatih dan Pemerhati. Untuk IMEX PINKAN akan mengirim grup musik Kolintang anak-anak muda yang sangat berbakat dari sanggar Prima Vista. Musik yang mereka garap memiliki genre yang sangat beragam, dari musik daerah Minahasa hingga ke musik jazz dan klasik.
NUSA TENGGARA BARAT
CILOKAQ
Cilokaq adalah sebuah genre musik kroncong yang tumbuh secara menarik dalam konteks budaya masyarakat Lombok yang sangat majemuk. Pengaruh Cilokaq datang dari budaya musik Portugis, Cina dan Arab. Namun para pemusik Cilokaq di Lombok yang jenius menggarap pengaruh-pengaruh ini menjadi musik asli mereka.
AKSILARASI
Aksilarasi adalah sebuah campuran pelbagai grup musik yang ikut serta dalam program pemberdayaan musik Kemenparekraf selama 5 tahun yang diberi judul Aksilarasi. Musik yang mereka mainkan pada IMEX nanti juga sangat beragam dan tergantung dari latar-belakang masing-masing individual pemainnya. Secara keseluruh penampilan Aksilarasi ini memberikan gambaran akan potensi musik masyarakat Lombok.
NUSA TENGGARA TIMUR
MARINUZ KEVIN
Marinuz Kevin (penyanyi hip hop dari Kupang) menggarap musik berangkat dari keprihatinan mereka terhadap lagu-lagu daerah NTT yang kurang dikenal oleh masyarakatnya sendiri,terutama anak-anak muda. Selain menggarap lagu-lagu daerah,mereka juga banyak mencipta lagu-lagu baru dengan bahasa daerah mereka sendiri.Penampilan grup ini pada berbagai festival world music internasional seperti Toraja Internasional Festival dan Jakarta Beat Society selalu berhasil emukau kaum milenial.
FOLKSONG OF FLORES
Folksong of Flores atau Lagu Rakyat Flores adalah bentuk musik vokal di Nusa Tenggara Timur yang sangat unik.Pengaruh musik-musik Portugis pada abad ke 16 kadang terasa pada musik mereka. Grup Nyong Franco yang akan tampil pada IMEX dari Maumere ini merupakan pilihan dari festival musik tradisi yang diselenggarakan oleh Direktorat Film, Musik dan Media.
KALIMANTAN
TINGKILAN KOTA RAJA
Tingkilan adalah bentuk musik kroncong yang berasal dari musik fado Portugis yang di bawa ke Indonesia pada abad ke 16. Setiap daerah di Indonesia mengembangkan musik kroncong ini sesuai dengan karakteristik musik daerah mereka masing-masing. Tingkilan adalah musik kroncong yang khas dari Tenggarong, Kalimantan Timur. Di daerah ini formasi kroncong menggunakan alat musik gambus,cello, rebana, gitar, ukulele, bas dan vokal. Tingkilan Kota Raja di dirikan dan di pimpin oleh Bayu Anugraha,pemain cello berbakat dari Tenggarong.
MALUKU
HAWAIIAN TELUK AMBON
Musik Hawaiian telah lama menjadi musik tradisional di wilayah Maluku, terutama Ambon.Meskipun berasal dari luar, para pencipta lagu-lagu Hawaiian berhasil menggunakan jenis musik ini untuk mengekspresikan kehidupan sosial mereka dengan sangat menarik. Hawaiian Band Teluk Ambon di pimpin oleh seorang pemain gitar Hawaiian yang sangat berbakat, Sammy Zeth Tentua.