Kisah Faqih Siswa SMP di Boyolali Tak Malu Bantu Ibunya Kerja Cetak Bata

23 Maret 2022 13:25 WIB
Faqih Maulana, warga Desa Karanggeneng, Kecamatan Boyolali Kota membantu orang tuanya dalam mencetak bata merah.
Faqih Maulana, warga Desa Karanggeneng, Kecamatan Boyolali Kota membantu orang tuanya dalam mencetak bata merah. ( Tribun Solo)

Solo, Sonora.ID - Sekarang ini sulit sekali ditemui, anak-anak yang mau membantu pekerjaan orang tua. Kebanyakan anak-anak kalau tidak sekolah, ya bermain atau sibuk mantengin gadget.

Tapi di Boyolali masih ada lho, anak-anak sekolah yang mau membantu orang tuanya dalam mengumpulkan pundi-pundi rupiah untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Adalah Faqih Maulana, warga Desa Karanggeneng, Kecamatan Boyolali Kota. Siswa Kelas VII SMP itu sampai saat ini masih terus membantu orang tuanya dalam mencetak bata merah.

Selasa (22/3/2022) dia terlihat semangat untuk memutar alat pengepresan bata ekspose di tempat produksi yang ada di pinggir jalan Prof. Soeharso Boyolali.

Baca Juga: Warga Sukoharjo Rela Antre 6 Jam Demi Minyak Goreng Curah di Solo

Setelah Ibunya, Sarmiyati (41) meletakan potongan tanah berbentuk kubus di cetakan bata ekspose, dengan cekatan pegangan roda pada alat pengrepsan dia putarkan.

Meski tubuhnya yang terbilang kecil, tapi dia terlihat cukup bertenaga saat memutarkan alat itu. Dengan dua kali putaran saja, tanah liat berbentuk kubus yang sebelumnya telah diolah itu seketika berbuah mengikuti cetakan besi.

“Iya, saya bantu orang tua membuat bata. Karena saat ini lagi libur setelah semesteran (ujian semester),” kata Faqih, dengan nada lirih, Selasa (22/3/2022).

Baginya, membantu ibunya membuat bata merah ini cukup mudah. Sebab, hanya bertugas memutar dan menggerakkan bata merah yang sudah tercetak di rak. Selain itu, ia juga bertanggung jawab untuk mengambil tatakan kayu yang digunakan untuk ventilasi bata ekspos. “Membantu itu mudah. Tidak terlalu melelahkan,” jelasnya.

Baginya, membantu ibunya membuat bata merah sudah lama dia lakukan. Meski pada kenyataannya, ia juga ingin bermain seperti anak seusianya. Namun, ia menyerahkan segalanya, untuk membantu ibunya menghidupi keluarga, termasuk biaya sekolah.

"Mainnya nanti, kalau sudah selesai atau kalau pas tidak bikin," jelasnya.

Baca Juga: Tunggak Pajak Tahunan, Totem SPBU di Solo Terpaksa Ditutup

Sementara itu, Sarmiyati mengaku puas dengan bantuan putranya. Selain didorong membuat batu bata, dengan bantuan putra keduanya, produksi batu bata merah bisa lebih cepat. “Karena masih musim hujan, kita hanya bisa memproduksi 300 batu bata sehari, karena di musim hujan seperti sekarang, batu bata cetak tidak bisa cepat mengeras,” jelasnya.

Dia mengaku hanya setengah hari saja waktu yang digunakan untuk mencetak bata dengan alat pres ini. Sebab, dia juga masih harus memotong bagian tepi bata supaya rapi dan presisi.

“Kalau siang sampai sore itu waktunya kerik (merapikan bagian sisi bata). Alhamdulillah anak saya juga membantu. Sebenarnya saya tidak menyuruh untuk membantu. Tapi dia sendiri yang mau. Itung-itung untuk biaya sekolahnya gitu,” jelasnya.

Dia mengaku jika saat musim hujan saat ini, keuntungannya berkurang. Sebab, jika biasanya dalam sebulan bisa membakar bata 2 kali. Namun di musim hujan saat ini hanya sekali. “Ya untungnya cukup lah.  untuk tambah-tambah pengasilan suami yang kerja sebagai buruh serabutan,” tambahnya.

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
92.0 fm
98.0 fm
102.6 fm
93.3 fm
97.4 fm
98.9 fm
101.1 fm
96.7 fm
98.9 fm
98.8 fm
97.5 fm
91.3 fm
94.4 fm
102.1 fm
98.8 fm
95.9 fm
97.8 fm
101.1 fm
101.1 Mhz Fm
101.2 fm
101.8 fm