Sonora.ID - Saat ini, pasar yang menyasar kaum milenial atau Gen Z memang memiliki potensi lebih dalam hal penjualan.
Salah satu bisnis kekinian yang menargetkan anak muda adalah kopi.
Meneguk cita rasa kopi yang khas dalam suasana yang hangat, dapat menjadi pelampiasan siapa saja melepas penat, terutama anak muda.
Tidak terkecuali kedai kopi di Jl. Kaliurang, Kecamatan ngaglik, Kabupaten Sleman, Yogyakarta, yang terus ramai pengunjung.
Baca Juga: Bisa Jadi Solusi Minyak Goreng Mahal, Celupkan Ampas Kopi Ini Sebelum Menggoreng dan Lihat Hasilnya
Kedai ini ramai diperbincangkan terutama sejak kemunculannya di film Ada Apa Dengan Cinta 2.
Kedai ini dinamakan Klinik Kopi akibat konsep pelayanannya yang mirip dengan klinik kesehatan.
Ketika konsumen ingin memesan kopi, mereka akan diberikan nomor antrian terlebih dahulu dan menunggu hingga barista memanggil.
Barista itu adalah pemiliknya sendiri yang bernama Pepeng.
Saat bertemu, pengunjung akan berinteraksi langsung seperti mendiskusikan kepada Pepeng mengenai kopi yang ingin diminum, cerita bagaimana kopi didapatkan, dan sebagainya.
Obrolan Wisnu Nugroho dengan Pepeng, pemilik klinik kopi di Yogyakarta, dalam siniar Beginu “Wrapped-Up Episode: Menyeduh Kopi dan Menyuguhkan Ruang Publik”.
Pepeng memulai bisnis kecilnya, tanpa ekspektasi apa pun.
Sebelum terkenal melalui film Ada Apa Dengan Cinta 2, Klinik Kopi pertama kali muncul dalam ulasan di dalam Harian Kompas.
Maka dari itu, mereka telah memiliki cukup pelanggan setia.
Baca Juga: PT Perkebunan Nusantara III Dukung Kemajuan Industri Kopi Nusantara
Tidak Hanya Minum Kopi, Klinik Kopi Menyuguhkan Cerita
Sebagai seorang pebisnis yang juga mengerjakan sendiri pesanan yang datang, Pepeng juga mendalami industri kopi sampai ke bagian hulu atau sektor pertanian.
Dalam hal ini, Pepeng mengatakan bahwa ia tidak pernah lelah.
“Karena mungkin basic-nya dari pertama udah seneng. Kedua, ini udah bukan lagi sing (seperti), aku butuh banget itu, nggak, biasa aja. Sebisa mungkin jangan terlalu berharap banget terhadap apa pun.”
Baginya jika apa yang diinginkan tidak tercapai malah akan membuat kecewa. Selain itu, dalam melakukan apa pun yang terpenting itu perasaan senang. Karena ketika seseorang senang, segalanya akan dipermudah.
Pepeng mengatakan bahwa bisnisnya tidak akan menjadi besar hanya saja akan selalu mencukupi.
“Pola orang di Indonesia rata-rata ketika ketika bikin bisnis (yang dijalani) gini rame, terus ‘ayo diadopsi’. (Padahal) Energinya ngga ada, energinya jadi kepecah-pecah itu.”
Pilihan Pepeng adalah menjalankan bisnis secukupnya, sesuai kepasitas dan tetap autentik.
Ia ingin siapa pun yang datang ke kedainya tidak hanya mendapatkan kopi tetapi juga cerita. Selain itu, lingkup kerja, bisnisnya, hingga konsumen yang masih terasa sama. Hal ini lah yang membuat dirinya ‘menolak tua’.
Baca Juga: Cerita Sukses Dibalik Kedai Kopi Guyon, dari Modal 1 Juta dan Trip Indonesia
Ia juga terus berinovasi dengan menyajikan satu resep baru dalam beberapa waktu.
Ini membuat konsumen yang mencobanya tidak bosan, dan akan kembali lagi.
Misalnya akan ada konsumen yang datang karena menanyakan cara pembuatannya, bahan, dan sebagainya.
“Di kopi aku (juga) lebih mentransfer apa yang ada di desa dan terjadi di kebun (yang dipilih sebagai penyuplai biji kopi) ke pengunjung. Aku nggak bisa men-direct ‘ini nanti rasanya kayak gini’,” pungkas Pepeng.
Ia mengatakan bahwa rasa adalah preferensi tiap orang, maka jika rasa kopinya mirip dengan seduhan di tempat lain atau bahan lain, itu hanya sebuah kebetulan.
Pepeng hanya bisa mengatakan bahwa rasa kopinya dan ceritanya seperti itu.
Menurutnya, hal yang membuat pelanggan setianya terus kembali adalah mereka sama-sama belajar.
Menangani satu biji kopi yang sama dengan perlakuan yang berbeda saja, bisa mengubah rasa.
Bagi Pepeng jika kita memiliki karya, dalam kasusnya adalah resep kopi, dan kopi itu sudah berada di tangan konsumen, ia tidak lagi memiliki hak untuk mengaturnya.
Ia tidak pernah merasa tersaingi dengan tempat lainnya karena mereka memiliki keunikannya masing-masing.
Simak obrolan lebih lengkap Wisnu Nugroho dan Pepeng dalam tautan berikut https://dik.si/beginu_wrapped.
Tidak sampai di situ, jangan lupa juga untuk terus dengarkan kisah-kisah inspiratif lainnya melalui siniar Beginu hanya di Spotify.
Penulis: Nika Halida Hashina dan Brigitta Valencia Bellion