Sonora.ID - Kesadaran untuk memiliki badan yang ideal agaknya sangat meningkat di masyarakat Indonesia, terlebih di kalangan anak muda, karena banyak influencer yang membagikan perjuangan menuju berat badan ideal di media sosial mereka.
Hal ini memotivasi banyak anak muda untuk turut melakukan hal yang sama demi bisa hidup dengan lebih bahagia dan lebih sehat.
Berbagai cara pun mulai dilakukan, salah satunya yang paling banyak dilakukan adalah mengurangi porsi makan sehingga dengan demikian asupan yang masuk ke dalam tubuh akan lebih sedikit sehingga dianggap mempermudah turunnya berat badan.
Sayangnya, ternyata cara ini tidak sepenuhnya benar.
Kok bisa?
Dalam program Health Corner di Radio Sonora FM, Dokter Santi dari Medical Centre Kompas Gramedia menegaskan bahwa pihaknya sebenarnya tidak setuju dengan pengurangan porsi untuk diet.
Sudah mengurangi porsi tapi badan tetap ‘bengkak’?
Pihaknya menegaskan bahwa yang benar adalah mengurangi asupan kalori yang masuk ke dalam tubuh bukan porsi makanan yang masuk.
“Sebetulnya yang dikurangi itu bukan porsi makannya, tetapi kandungan kalorinya. Jadi contoh, kita makan cuma 100 gram, tapi kue yang penuh dengan krim, dibandingkan dengan kita makan 1 kilo tapi cuma ketimun,” ungkapnya memberikan perbandingan yang jelas.
Baca Juga: Jangan Asal, Ini 3 Tips Mulai Olahraga untuk Orang Gemuk ala Dokter
Melalui perbandingan tersebut, jelas bahwa jumlahnya tidak membawa pengaruh besar dalam diet atau upaya untuk menurunkan berat badan.
Namun, yang terpenting adalah jumlah kalori di dalam makanan tersebut.
“’Saya makan setengah piring, tapi Nasi Padang’, itu akan sangat jauh lebih tidak berguna untuk penurunan berat badan, dibandingkan dengan makan satu porsi penuh tapi isinya sayuran, tumisan, atau sayur penuh, telur rebus, atau tahu dioseng, itu jauh lebih baik,” tegas dr. Santi.
Melalui kesempatan ini, pihaknya memberikan saran kepada pejuang berat badan ideal untuk tidak lagi peduli pada jumlah tetapi memperhatikan jenis makanan yang dimakan, serta jumlah kalorinya.
Di sisi lain, pihaknya juga menekankan bahwa hingga saat ini nasihat dari dokter-dokter di seluruh dunia adalah untuk tidak mengurangi frekuensi makan, yaitu tetap 3 kali sehari.
“Mau snack boleh, 2 sampai 3 kali boleh. Sepanjang rendah gula, rendah garam, rendah lemak jahat, dan tinggi serat,” sambungnya memaparkan.
Baca Juga: Rekomendasi Diet Sehat Menurut Dokter: Ini 4 Mitos yang Sering Beredar