Solo, Sonora.ID - Maret ini seakan menjadi bulan spesial bagi Bhre Cakrahutomo Wira Sudjiwo.
Setelah resmi dikukuhkan menjadi Raja Mangkunegoro X pada 12 Maret 2022, KGPAA Bhre pada akhir bulan ini ulang tahun. Adapun ulang tahun atau Tingalan Wiyosan Dalem dirayakan di Pura Mengkunegaran.
Raja Mangkunegoro X KGPAA Bhre duduk diapit oleh sang kakak, Gusti Ratu Ajeng (G.R.Aj.) Ancillasura Marina Sudjiwo dan sang ibu, Gusti Kanjeng Putri Mangkunagoro IX.
Sura yang lebih tua enam tahun dari Bhre, ternyata memiliki tanggal ulang tahun yang sama, yakni 29 Maret. Acara ulang tahun itu dimeriahkan dengan menggelar pertunjukan wayang kulit yang berlangsung semalam suntuk.
Prosesi pemotongan kue juga sempat dilakukan sebelum pertunjukan wayang kulit dilaksanakan.
Direktur Akademi Seni Mangkunegaran (Asga) Raden Ayu (R.Ay.) Irawati Kusumorasri mengatakan, penyelenggaraan pertunjukan wayang tersebut merupakan keinginan dari Mangkunegoro X.
"Wayang kulit klasik gaya Mangkunegaran, kami dari Asga yang didawuhi (diminta) untuk menggelar wayang kulit ini," ujar Irawati.
Pada kesempatan kali ini cerita pewayangan yang ditampilkan adalah kisah perjalanan Raden Tetuka menjadi Raja Pringgondani dengan gelar Prabu Anom Harya Gathotkaca.
"Beliau (Gusti Bhre) yang memilih cerita ini. Ya mungkin ada yang menyarankan dan beliau yang memilih tentang cerita Gathotkaca," jelasnya.
Baca Juga: Jaga Kelestarian Budaya dengan Gelaran Wayang Kulit Lakon Gathutkaca Winisudha
"Gathotkaca kan prabu anom, pria muda gitu ya dan dikenal gagah berani dan banyak kelebihannya," tambah Irawati.
Irawati menyebut selama ini jarang bahkan dirinya tak ingat kapan wayangan digelar di Pura Mangkunegara guna menyemarakkan ulang tahun di keluarga Mangkunegaran.
Hal ini disambut positif oleh Irawati, karena menurutnya Bhre sudah mampu melihat harta karun Mangkunegaran, seperti kesenian dan budaya
"Saya tidak ingat, tetapi sudah lama sekali dan apalagi pada masa pandemi dua tahun," katanya.
Berdasarkan informasi yang dihimpun, pertunjukan wayang kulit itu digelar hingga pukul 03.00 atau 04.00 WIB.
Dalang yang memainkan wayang tersebut adalah Ki Purnomo, salah satu dosen di Akademi Seni Mangkunegaran, untukmusik pengrawit dan sinden diketahui berasal dari dosen-dosen dan Pasinaon Dalang ing Mangkunegaran/Pedalangan Mangkunegaran (PDMN).
Baca Juga: Awas Kecolongan Lagi! 8 Budaya Indonesia yang Pernah Diklaim Malaysia