Sonora.ID - Anak indigo Tigor Otadan membeberkan sejumlah ciri-ciri dari warung yang menggunakan penglaris.
Ciri-ciri tersebut bahkan sangat bisa dilihat oleh kasat mata.
Dirinya menegaskan bahwa tak semua warung atau toko menggunakan penglaris jin, ada juga sejumlah warung yang menggunakan penglaris dengan prinsip ekonomi.
"Penglaris ini jangan sampai ambigu, nah penglaris yang selama ini mereka paham, penglaris yang berhubungan dnegan jin, ghaib," kata Tigor Otadan.
Prinsip ekonomi yang dimaksud contohnya saja seperti promo.
"Misal kita punya usaha, seperti saya bikin wedding, kita kasih promo disitu diskon 25 persen.
"Orang kan berbondong-bondong, ini kan real, nyata jadi cara penglarisan saya memberikan diskon kepada klien saya," kata Tigor Otadan.
Lebih lanjut, Tigor Otadan menyebutkan ciri warung atau toko yang kerap menggunakan penglaris jin.
Ini dia beberkan karena pernah mengalaminya secara langsung.
"Pertama, pakai mata telanjang gini juga bisa melihatnya, misal ada beberapa penjual. Kenapa saya ngomong karena saya pernah menemui."
"Saya pernah makan di suatu daerah itu soto, saya tidak usah sebutkan daerah mana, soto itu dibawa pulang nggak boleh sama sekali," jelas Tigor Otadan.
Tigor Otadan menjelaskan alasan mengapa pedagang tak mempebolehkannya membungkus makanan yang dipesannya.
Sang pedangang berdalih sibuk dengan segala kegiatan di warungnya.
"Masih repot, masih repot, karena apa, ikatan antara si penjual dengan tata cara jin yang harus dilakukan itu," kata Tigor Otadan.
Kemudian ia juga menjelaskan ciri-ciri warung nasi goreng yang menggunakan penglaris jin.
"Saya pernah beli nasi goreng di area Kediri saya tidak mau menyebutkan titiknya mana, teman saya menyiumnya aroma bawang.
"Tapi saya beda yang saya cium, aura kemenyan baunya beda, itu ciri-ciri yang mudah, dan itu risiko si penjual dengan jin," kata Tigor Otadan.
Anak indigo ini juga menegaskan bahwa tak selamanya warung yang kotor namun ramai merupakan warung pengalaris jin.
"Belum tentu. (Cara menetralkannya) dengan do'alah, bedakan makan disitu dengan do'a dan tanpa do'a, rasanya beda," tutur Tigor Otadan.