Diklaim Malaysia, Ini Asal Usul Reog Ponorogo Kisah Singo Barong hingga Ki Ageng Kutu!

18 April 2022 16:00 WIB
Diklaim Malaysia, Asal Usul Reog Ponorogo, dari Kisah Singo Barong hingga Ki Ageng Kutu
Diklaim Malaysia, Asal Usul Reog Ponorogo, dari Kisah Singo Barong hingga Ki Ageng Kutu ( (KOMPAS.com/NURSITA SARI))

Bali, Sonora.ID - Pemerintah Jawa Timur, kini sedang mengusulkan Kesenian Reog Ponorogo menjadi warisan budaya tak benda (WBTb) kepada UNESCO pada 18 Februari 2022.

Pengusulan kesenian Reog Ponorogo ini menyusul klaim dari Pemerintah Malaysia yang berencana untuk mengajukan kesenian reog tersebut ke United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) sebagai warisan budaya dari negara Malaysia.

Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Muhadjir Effendy pun mendukung penuh rencana pengajuan reog ke UNESCO tersebut.

"Saya mendukung penuh Reog diusulkan menjadi budaya tak benda di UNESCO. Saya upayakan supaya berhasil dan bisa menjadi kebanggaan, bukan hanya bagi masyarakat Ponorogo tapi juga seluruh Indonesia," ujar Muhadjir, dikutip dari Kompas.id.

Terlepas dari polemik klaim kesenian Reog Ponorogo itu, berikut asal usul kesenian Reog Ponorogo yang masih lestarikan hingga saat ini oleh para penggiat seni di Indonesia, khususnya masyarakat Ponorogo, Jawa Timur.

Baca Juga: 5 Negara Penghasil Minyak Sawit Terbesar di Dunia, Indonesia Nomor Satu!

Sejarah dan asal-usul Reog Ponorogo

Melansir Harian Kompas, 13 Januari 1972, kesenian Reog Ponorogo sudah tercatat di prasasti peninggalan Kerajaan Kanjuruhan pada 760 Masehi.

Tak hanya itu, kesenian Reog Ponorogo juga tertulis dalam prasasti Kerajaan pada 1045 Masehi.

Sejarah terciptanya tarian Reog Ponorogo tidak lepas dari legenda yang diciptakan masyarakat saat itu.

Ada banyak versi mengenai asal-usul terciptanya kesenian Reog Ponorogo. Di antaranya, seperti berikut;

Baca Juga: Lirik Lagu Arjuna Beta yang Dilantunkan Penyanyi Malaysia Fynn Jamal

Kelana Sewandana dan Singo Barong

Untuk versi yang pertama, itu bermula dari kisah Kelana Sewandana, seorang Raja di Banter Angin (sekarang Ponorogo) yang ingin mempersunting Putri Kediri Dewi Dyah Ayu Sangga Langit.

Orang yang mendapat tugas untuk meminang Putri Kediri itu adalah Bujangganong yang berasal dari Kediri.

Agar tak dikenali oleh orang-orang Kediri, Bujangganong memakai topeng dengan bentuk rupa yang sangat buruk saat melamar Putri Kediri.

Singkat cerita, lamaran Bujangganong atas nama Kelana Sewandana itu diterima oleh Putri Kediri.

Namun, sang putri memberikan satu syarat, yaitu Kelana Sewanadana harus mengalahkan Singa Barong yang ada di Alas Roban.

Syarat itu disanggupi dan sebuah pasukan kuda dikirim ke hutan untuk mencari Singa Barong.

Dalam pertempuran di hutan ternyata pasukan-pasukan yang dikirim itu telah dikalahkan oleh Singa Barong, sehingga memaksa Kelana untuk turun tangan secara langsung.

Ketika merasa tertekan, Kelana pun membanting sumpingnya ke tanah dan berubah menjadi dua ekor burung Merak.

Sumping adalah perhiasan di atas telinga. Keindahan burung Merak itu pun membuat Singa Barong terlena.

Saat Singa Barong sedang terlena, kelengahan itu dimanfaatkan Kelana dengan mencambukkan senjatanya yang bernama “Pecut Saman”.

Dengan cambukan Pecut Saman, Singa Barong berhasil dikalahkan.

Kemenangan itu membawa Kelana Swandana bisa diterima untuk mempersunting Putri Kediri Dewi Dyah Ayu Sangga Langit.

Saat pesta perkawinan keduanya digelar, mereka diiringi oleh arak-arakan Singa Barong dengan dua Merak bertengger di atasnya.

Dari sinilah kemudian dikembangkan menjadi permainan reog.

Baca Juga: Polair Tanjung Balai dan Polda Sumut Amankan 15 PMI Pulang dari Malaysia

Ki Ageng Kutu

Versi asal-usul kesenian Reog Ponorogo berikutnya adalah kisah Ki Ageng Kutu.

Ki Ageng Kutu merupakan abdi Raja Brawijaya V yang meninggalkan Kerajaan Majapahit.

Kemudian, Ki Ageng Kutu mendirikan padepokan Surukebung yang digunakan untuk melatih para pemuda belajar ilmu kanuragan melalui permainan barongan.

Kendati demikian, Raja Barawijaya V menilai bahwa Ki Ageng Kutu telah berkhianat.

Raja akhirnya mengutus Raden Katong atau Bathoro Katong. Raden Katong adalah adipati pertama Kadipaten Ponorogo pada tahun 1837.

Sebagai imbalan, Raja Brawijaya V memberikan tanah perdikan di Wengker kepada Raden Katong lantaran berhasil menakhlukkan Ki Ageng Kutu.

Kisah perjuangan Raden Katong tersebut akhirnya digunakan untuk menamai kesenian tarian Reog yang berasal dari Riyokun, artinya khusnul khotimah.

Namun, ada juga yang menafsirkan tarian Reog sebagai sindiran Ki Ageng Kutu kepada Raja Brawijaya V lantaran tunduk kepada isterinya.

Raja Brawijaya V diibaratkan seekor macan yang ditunggangi oleh merak yang dimisalkan sebagai isterinya. Adapun penari-penarinya diibaratkan sebagai pasukan Majapahit.

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
92.0 fm
98.0 fm
102.6 fm
93.3 fm
97.4 fm
98.9 fm
101.1 fm
96.7 fm
98.9 fm
98.8 fm
97.5 fm
91.3 fm
94.4 fm
102.1 fm
98.8 fm
95.9 fm
97.8 fm
101.1 fm
101.1 Mhz Fm
101.2 fm
101.8 fm