Jakarta, Sonora.ID - Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Ditjen GTK), Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menyelenggarakan Webinar Implementasi Kurikulum Merdeka bertajuk “Filosofi Kurikulum Merdeka”.
Webinar ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman kepada kepala satuan pendidikan dan guru, dalam mempersiapkan penerapan Kurikulum Merdeka secara kolaboratif di masing-masing wilayah.
Baca Juga: Meriahkan Ramadan 1443 Hijriyah, Dharma Wanita Pusat Kemendikbudristek Gelar Acara Gema Kalam Illahi
Hadir sebagai pembicara yaitu Pelaksana tugas (Plt.) Kepala Pusat Kurikulum dan Pembelajaran, Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP).
Kemudian, Kemendikbudristek, Zulfikri Anas; Tenaga Ahli Teknologi Kemendikbudristek, Lasty Devira Kesdu; serta Guru Fisika SMAN 1 Cikalong Wetan, Kabupaten Bandung Barat, Yudi Nugraha
Bicara tentang filosofi Kurikulum Merdeka, Zulfikri Anas mengungkapkan bahwa secara esensi kurikulum merupakan alat yang digunakan untuk membantu anak dalam mencapai tujuan pendidikan.
Sebagai alat, maka kurikulum dipandang harus mengikuti anak dalam membantu proses pendidikannya.
Kurikulum Merdeka kata dia, filosofi dasarnya sudah diungkapkan oleh Ki Hadjar Dewantara jauh sebelum Indonesia merdeka.
Baca Juga: Kemendikbudristek Luncurkan Program IISMA Edisi Vokasi
“Satu hal menarik, dalam filosofi tersebut salah satunya diungkapkan bahwa tumbuh kembang anak terletak di luar kehendak dan kecakapan kita kaum pendidik. Selama ini kita mungkin lebih mendominasi proses belajar mereka dan dengan Kurikulum Merdeka kita akan menyesuaikan, mengembalikan pada kodratnya,” terang Zulfikri, Senin, (18/4).
Ia juga mengungkapkan bahwa Kurikulum Merdeka menyediakan layanan kepada setiap peserta didik agar masing-masing mereka sejak dini mengenali potensi-potensi uniknya.
Zulfikri menilai, ketika para pendidik keliru dalam memberikan layanan, akibatnya anak-anak tidak akan menemukan fitrah uniknya dan para pendidiklah yang bertanggung jawab.
Sebelum menyusun rencana pembelajaran, pihaknya harus mengenali siswa terlebih dahulu.
“Bisa jadi di awal kita mengenalkan pembelajaran, kita terlebih dahulu mengenali anak-anak, bisa dengan berbagai cara melakukan asesmen awal dan yang penting di bulan-bulan awal guru-guru mempunyai peta mengenai kemampuan awal anak sebelum memulai pembelajaran,” lanjutnya.
Di kesempatan yang sama, Tenaga Ahli Teknologi Kemendikbudristek, Lasty Devira Kesdu menjelaskan bahwa Platform Merdeka Mengajar merupakan platform pendukung dalam penerapan kurikulum Merdeka Belajar.
Ia mengatakan, penerapan Kurikulum Merdeka Belajar dalam penerapannya didukung dengan Platform Merdeka Mengajar yang akan membantu guru dalam mendapatkan referensi, inspirasi, dan pemahaman untuk menerapkan Kurikulum Merdeka.
“Platform ini merupakan platform edukasi yang menjadi teman penggerak untuk guru dalam mewujudkan Pelajar Pancasila serta mendukung guru untuk mengajar, belajar, dan berkarya lebih baik lagi,” terang Lasty.
Dalam mengajar, menurut Lesty, Platform Merdeka Mengajar menyediakan referensi untuk mengembangkan praktik pembelajaran yang sesuai dengan Kurikulum Merdeka.