Sampai saat ini, sudah tersedia lebih dari 2.000 perangkat ajar berbasis Kurikulum Merdeka dalam platform Merdeka Mengajar.
"Platform ini juga akan membantu guru melakukan analisis diagnostik literasi dan numerasi dengan cepat sehingga dapat menerapkan pembelajaran yang sesuai dengan tahap capaian dan pengembangan peserta didik," tekan Lasty.
Keunggulan dari Kurikulum Merdeka dirasakankan Yudi Nugraha sebagai bentuk keleluasaan dalam memilih format, memilih pengalaman, memilih materi esensial apa saja yang dibutuhkan, serta menentukan modul yang cocok untuk pembelajaran di lingkungan sekolah.
Ia juga menekankan pentingnya kesadaran untuk berkolaborasi meningkatkan pemahaman sesama guru mengenai pembelajaran berdiferensiasi agar pembelajaran tersebut dapat mengakomodir kebutuhan siswa.
“Ada beberapa hal yang kami rasa berbeda dengan kurikulum sebelumnya yaitu mengenai proses pembelajarannya. Khusus untuk proses pembelajarannya berdiferensiasi, kami sudah sampai pada tahap melaksanakan pembelajaran diferensiasi itu seperti apa.
Di sekolah kami, pemetaan terhadap anak itu sudah dilakukan di awal dan itu tidak bermuatan mata pelajaran,” terang Guru Fisika SMAN 1 Cikalong Wetan, Kabupaten Bandung Barat ini berbagi pengalaman.
Lebih lanjut, Yudi menceritakan bagaimana ia melakukan proses pemetaan untuk mengetahui potensi siswa di sekolah tempatnya mengajar.
Sebagai langkah awal, guru-guru membuat pemetaan yang sudah disusun oleh panitia (komite pembelajaran).
Selanjutnya, para guru mengelola pelaksanaan asesmen pada tahap awal pembelajaran.
Satuan pendidikan juga melibatkan wali kelas dalam pelaksanaanya.
Kemudian, hasil pemetaan yang terdiri atas gaya belajar dan profil siswa, diserahkan kepada guru mata pelajaran guna mempersiapkan pembelajaran.
Baca Juga: 55 Persen Anggaran Program Indonesia Pintar Tahun 2022 Telah Disalurkan