Kemendikbudristek Siapkan Penerapan Kurikulum Merdeka yang Kolaboratif di Tiap Wilayah

20 April 2022 11:35 WIB
Kemendikbudristek Siapkan Penerapan Kurikulum Merdeka yang Kolaboratif di Tiap Wilayah
Kemendikbudristek Siapkan Penerapan Kurikulum Merdeka yang Kolaboratif di Tiap Wilayah ( BKHM Kemendikbudristek)

Jakarta, Sonora.ID - Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Ditjen GTK), Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menyelenggarakan Webinar Implementasi Kurikulum Merdeka bertajuk “Filosofi Kurikulum Merdeka”.

Webinar ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman kepada kepala satuan pendidikan dan guru, dalam mempersiapkan penerapan Kurikulum Merdeka secara kolaboratif di masing-masing wilayah.

Baca Juga: Meriahkan Ramadan 1443 Hijriyah, Dharma Wanita Pusat Kemendikbudristek Gelar Acara Gema Kalam Illahi

Hadir sebagai pembicara yaitu Pelaksana tugas (Plt.) Kepala Pusat Kurikulum dan Pembelajaran, Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP).

Kemudian, Kemendikbudristek, Zulfikri Anas; Tenaga Ahli Teknologi Kemendikbudristek, Lasty Devira Kesdu; serta Guru Fisika SMAN 1 Cikalong Wetan, Kabupaten Bandung Barat, Yudi Nugraha

Bicara tentang filosofi Kurikulum Merdeka, Zulfikri Anas mengungkapkan bahwa secara esensi kurikulum merupakan alat yang digunakan untuk membantu anak dalam mencapai tujuan pendidikan.

Sebagai alat, maka kurikulum dipandang harus mengikuti anak dalam membantu proses pendidikannya.

Kurikulum Merdeka kata dia, filosofi dasarnya sudah diungkapkan oleh Ki Hadjar Dewantara jauh sebelum Indonesia merdeka.

Baca Juga: Kemendikbudristek Luncurkan Program IISMA Edisi Vokasi

“Satu hal menarik, dalam filosofi tersebut salah satunya diungkapkan bahwa tumbuh kembang anak terletak di luar kehendak dan kecakapan kita kaum pendidik. Selama ini kita mungkin lebih mendominasi proses belajar mereka dan dengan Kurikulum Merdeka kita akan menyesuaikan, mengembalikan pada kodratnya,” terang Zulfikri, Senin, (18/4).

Ia juga mengungkapkan bahwa Kurikulum Merdeka menyediakan layanan kepada setiap peserta didik agar masing-masing mereka sejak dini mengenali potensi-potensi uniknya.

Zulfikri menilai, ketika para pendidik keliru dalam memberikan layanan, akibatnya anak-anak tidak akan menemukan fitrah uniknya dan para pendidiklah yang bertanggung jawab.

Sebelum menyusun rencana pembelajaran, pihaknya harus mengenali siswa terlebih dahulu.

“Bisa jadi di awal kita mengenalkan pembelajaran, kita terlebih dahulu mengenali anak-anak, bisa dengan berbagai cara melakukan asesmen awal dan yang penting di bulan-bulan awal guru-guru mempunyai peta mengenai kemampuan awal anak sebelum memulai pembelajaran,” lanjutnya.

Di kesempatan yang sama, Tenaga Ahli Teknologi Kemendikbudristek, Lasty Devira Kesdu menjelaskan bahwa Platform Merdeka Mengajar merupakan platform pendukung dalam penerapan kurikulum Merdeka Belajar.

Ia mengatakan, penerapan Kurikulum Merdeka Belajar dalam penerapannya didukung dengan Platform Merdeka Mengajar yang akan membantu guru dalam mendapatkan referensi, inspirasi, dan pemahaman untuk menerapkan Kurikulum Merdeka.

“Platform ini merupakan platform edukasi yang menjadi teman penggerak untuk guru dalam mewujudkan Pelajar Pancasila serta mendukung guru untuk mengajar, belajar, dan berkarya lebih baik lagi,” terang Lasty.
 
Dalam mengajar, menurut Lesty, Platform Merdeka Mengajar menyediakan referensi untuk mengembangkan praktik pembelajaran yang sesuai dengan Kurikulum Merdeka.

Sampai saat ini, sudah tersedia lebih dari 2.000 perangkat ajar berbasis Kurikulum Merdeka dalam platform Merdeka Mengajar.

"Platform ini juga akan membantu guru melakukan analisis diagnostik literasi dan numerasi dengan cepat sehingga dapat menerapkan pembelajaran yang sesuai dengan tahap capaian dan pengembangan peserta didik," tekan Lasty.

Keunggulan dari Kurikulum Merdeka dirasakankan Yudi Nugraha sebagai bentuk keleluasaan dalam memilih format, memilih pengalaman, memilih materi esensial apa saja yang dibutuhkan, serta menentukan modul yang cocok untuk pembelajaran di lingkungan sekolah.

Ia juga menekankan pentingnya kesadaran untuk berkolaborasi meningkatkan pemahaman sesama guru mengenai pembelajaran berdiferensiasi agar pembelajaran tersebut dapat mengakomodir kebutuhan siswa.

“Ada beberapa hal yang kami rasa berbeda dengan kurikulum sebelumnya yaitu mengenai proses pembelajarannya. Khusus untuk proses pembelajarannya berdiferensiasi, kami sudah sampai pada tahap melaksanakan pembelajaran diferensiasi itu seperti apa.

Di sekolah kami, pemetaan terhadap anak itu sudah dilakukan di awal dan itu tidak bermuatan mata pelajaran,” terang Guru Fisika SMAN 1 Cikalong Wetan, Kabupaten Bandung Barat ini berbagi pengalaman.

Lebih lanjut, Yudi menceritakan bagaimana ia melakukan proses pemetaan untuk mengetahui potensi siswa di sekolah tempatnya mengajar.

Sebagai langkah awal, guru-guru membuat pemetaan yang sudah disusun oleh panitia (komite pembelajaran).

Selanjutnya, para guru mengelola pelaksanaan asesmen pada tahap awal pembelajaran.

Satuan pendidikan juga melibatkan wali kelas dalam pelaksanaanya. 

Kemudian, hasil pemetaan yang terdiri atas gaya belajar dan profil siswa, diserahkan kepada guru mata pelajaran guna mempersiapkan pembelajaran.

Baca Juga: 55 Persen Anggaran Program Indonesia Pintar Tahun 2022 Telah Disalurkan

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
92.0 fm
98.0 fm
102.6 fm
93.3 fm
97.4 fm
98.9 fm
101.1 fm
96.7 fm
98.9 fm
98.8 fm
97.5 fm
91.3 fm
94.4 fm
102.1 fm
98.8 fm
95.9 fm
97.8 fm
101.1 fm
101.1 Mhz Fm
101.2 fm
101.8 fm