Sonora.ID – Calon presiden Perancis, Marine Le Pen yang merupakan saingan dari Emmanuel Macron berencana untuk melarang penggunaan hijab jika ia terpilih menjadi presiden.
Perempuan 53 tahun itu memandang kerudung sebagai "seragam kelompok Islam radikal". Ia pun berencana menjatuhkan denda bagi warga Prancis yang memakainya di tempat publik.
Melansir dari Kompas.com yang mengutip Reuters, Louis Aliot, salah satu sekutu Le Pen menyebut, larangan hijab merupakan salah satu cara Le Pen melawan Islamisme.
"Namun, penerapannya perlu dilakukan secara bertahap," kata Aliot dalam sebuah wawancara dengan Radio France Inter pada awal pekan ini seperti dikutip Reuters.
Aliot menjelaskan larangan hijab ini harus menargetkan layanan publik terlebih dahulu sebelum diperluas sedikit demi sedikit.
Le Pen mengatakan hijab tidak bisa dilihat sebagai simbol kepercayaan, tetapi jadi semacam "serangan" yang perlu dilarang di Perancis.
Nantinya, larangan hijab ini bakal ditegakkan polisi, sama seperti aturan penggunaan sabuk pengaman di mobil.
Wanita peraih gelar hukum di Universitas Pantheon-Assas pada 1991 itu selama ini dikenal sebagai politikus yang anti-Muslim dan anti-imigran Prancis.
Le Pen memang berasal dari keluarga sayap kanan pertama di Perancis. Ayahnya, Jean Marie Le Pen, punya andil mendirikan partai Front Nasional pada 1972.
Baca Juga: Rusia Makin Ganas! 12 Negara Ini Siap Bela Ukraina, Indonesia Berpihak ke mana?
Partai politik yang dikenal rasis dan anti-Yahudi ini, menjadikan Le Pen sebagai pemimpin partai tersebut pada 2011.
Ia juga sempat memposisikan diri sebagai Donald Trump versi Perancis di Pilpres sebelumnya.
Sementara itu, banyak pengacara, advokat, hingga aktivis menentang rencana pelarangan hijab Le Pen ini yang dinilai melanggar konstitusi Prancis.
Prancis memiliki populasi Muslim terbesar di Eropa dengan 9 persen dari total penduduk atau sekitar 5,7 juta jiwa.
Le Pen kembali bertarung head to head dengan Macron dalam putaran kedua pemilu 24 April nanti.