Sonora.ID – Ada negara-negara tertentu yang terkenal di dunia berkat memiliki julukan khusus.
Misalnya Indonesia punya julukan negara kepulauan, paru-paru dunia dan lain sebagainya. Sementara Jepang punya julukan negeri sakura atau negeri matahari terbit.
Rusia punya julukan negara beruang merah, kemudia Thailand punya julukan negeri gajah putih.
Semua julukan ini disematkan berdasarkan ciri khas yang hanya dimiliki oleh negara tersebut.
Lantas, apa kamu pernah dengan negara dengan julukan neraka dunia?
Julukan yang cukup mengerikan, bukan? Neraka dunia itu bernama Kamboja.
Baca Juga: 10 Fakta Mengejutkan Wanita di Arab Saudi, Nggak Bebas dan Sulit Dapat Keadilan
Secara geografi negara Kamboja berdekatan dengan 3 negara di Asia Tenggara, yaitu Laos di bagian Timur Laut, Vietnam pada bagian Timur dan Tenggara, beserta Thailand di bagian Barat dan Utara.
Kamboja identik dengan Angkor Wat, yang merupakan destinasi favorit para turis yang berbondong-bondong datang ke Kamboja.
Angkor Wat ini sudah termasuk ke dalam salah satu situs warisan dunia UNESCO pada tahun 1992.
Lalu bagaimana bisa negara ini mendapat julukan yang begitu mengerikan yakni neraka dunia? Berikut penjelasan 5 fakta mengerikan kamboja, negara yang dijuluki neraka dunia.
Neraka dunia
Negara Kamboja mendapatkan julukan sebagai hell on earth atau neraka di bumi. Mengapa Kamboja dijuluki sebagai neraka dunia?
Hal ini karena timbulnya perang saudara di negara tersebut yang menyebabkan jutaan nyawa meninggal.
Fakta unik negara Kamboja ini terjadi awalnya karena terjadinya perang Vietnam pada tahun 1960.
Namun, Kamboja memilih netral di bawah kepemimpinan Raja Norodom Sihanouk.
Sayangnya, sikap netral tersebut membuat Jendral Lon Nol dan Pangeran Sirik Matak yang berpihak kepada Amerika Serikat menjadi tidak suka dan hendak menggulingkan kekuasaan raja.
Raja Norodom pun membentuk kerjasama dengan kelompok Khmer Merah yang berusaha mengambil kedudukannya kembali.
Hal inilah yang menyebabkan timbulnya perang saudara dalam negara Kamboja.
Baca Juga: 6 Fakta Mengejutkan Budaya Seks Suku Eskimo, Istri Boleh Dihamili Saudara Sendiri?
Kejahatan Genosida
Peperangan tersebut dimenangkan oleh pihak Khmer Merah pada tahun 1975 dan mengubah bentuk negara jadi Republik Demokratik Kamboja yang diketuai oleh Pol Pot.
Genosida adalah kejahatan yang melanggar hak asasi manusia karena dilakukan untuk memusnahkan kelompok tertentu, atau bahkan dalam lingkup masyarakat luas.
Sejak berkuasa, Khmer Merah sungguh brutal. Mereka akan membantai siapa pun yang tidak sepaham dengan mereka. Perempuan kerap jadi korban pemerkosaan.
Tak boleh ada ide-ide sosialis selama Khmer Merah memimpin. Kemudian, harta kepemilikan pribadi juga dilarang. Rakyat tak boleh memiliki perhiasan.
Kanibalisme
Dirangkum dari berbagai sumber, Khmer Merah berkuasa antara 1975-1978, dibawah kepemimpinan diktator bernama Pol Pot.
Pol Pot berprofesi sebagai seorang guru sebelum menjadi pemimpin diktator. Dia berpendidikan tinggi.
Berkaca kepada dirinya itu, ia menyadari bahwa orang yang berintelektual tinggi bisa menjadi berbahaya dan menentang kekuasaannya.
Oleh sebab itu, orang-orang dari berbagai profesi banyak yang mati di tangannya. Mulai dari dokter, pegawai negeri, guru, polisi dan orang-orang penting lainnya.
Sekolah sampai ditutup dan dijadikan sebagai penjara. Semua orang dipaksa untuk bekerja sebagai petani di pedesaan dan patuh dengan Khmer Merah.
Mantan tahanan Khmer Merah, Meu Peou, sempat mengungkapkan situasi mengerikan yang terjadi di sana.
Para tahanan memiliki nasib yang mengenaskan. Mereka harus dianiaya setiap hari dan menderita kelaparan.
Kematian menjadi jalan satu-satu satunya yang diharapkan oleh para tahanan.
Praktik kanibalisme juga kerap terjadi di sana.
Akibatnya, ada sekitar dua juta orang yang mati di bawah kekuasaan Khmer Merah.
Dunia pun mengakui kekejaman Khmer Merah dan menyebut Kamboja sebagai neraka dunia.
Baca Juga: 6 Fakta Menarik Sex Toys, Ternyata Lebih Banyak Dipakai oleh Wanita!
Indonesia membantu Kamboja merdeka
Kamboja bersahabat dekat dengan Indonesia. Untuk merdeka, Indonesia membantu Kamboja dengan buku-buku perang karangan perwira militer Indonesia.
Oleh karena itu, calon perwira di Kamboja wajib belajar dan berbahasa Indonesia.
Indonesia diketahui mengutus pasukan perdamaian ke Kamboja yang bertugas untuk mengawasi keamanan dan perdamaian di sana di bawah perintah PBB.
Tahun 1972 pasukan Komando Pasukan Khusus (Kopassus) Indonesia telah membantu melatih pasukan komando di negara Kamboja untuk peperangan saudara.
Buku karangan Perwira Indonesia pun banyak dipelajari oleh para calon prajurit di sana sehingga para calon perwira diwajibkan dapat menguasai bahasa Indonesia.
Kamboja memiliki raja gay?
Kamboja memiliki seorang raja konstitusional sebagai kepala negara, yang dipilih oleh Dewan Tahta Kerajaan.
Saat ini, raja adalah mantan penari balet dan belum menikah berusia 51 tahun, Raja Norodom Sihamoni.
Ada banyak rumor yang dilaporkan dengan baik bahwa dia gay, terutama setelah ibunya (Ratu Monineath) tersentak ketika ditanya apakah dia akan segera menikah dan berseru: "Istri?" dia bertanya.
“Dia hanya merasa Buddhis!” Namun, tidak ada yang pernah dikatakan secara resmi dan Raja Sihamoni adalah raja yang sangat tertutup.
Mengesampingkan gosip dan desas-desus, ada keramahan kaum gay di Kamboja, khususnya tempat gay di Phnom Penh dan bar gay di Siem Reap.
Raja Norodom Sihanouk sebelumnya juga mendukung pernikahan gay di Kamboja selama pemerintahannya.
Baca Juga: 4 Fakta Menarik Boneka Seks yang Sudah Lama Jadi Primadona di Jepang