Sonora.ID – Belakangan warganet tengah menyoroti cara mengasuh anak yang diterapkan oleh Raffi Ahmad.
Meski kaya raya, Raffi diketahui tak segan untuk mendisiplinkan si sulung, Rafathar yang katanya hobi marah-marah.
Diketahui baru-baru ini, Nagita Slavina bersama Raffi Ahmad mengirim Rafathar ke sebuah pesantren bernama Bayt Al-Quran.
Momen perpisahan Rafathar dengan Raffi Ahmad dan Nagita Slavina pun sebelumnya viral di media sosial dan menarik simpati dari warganet.
Dalam vlog yang diunggah di channel YouTube Rans Entertainment, terungkap alasan Raffi memasukkan anaknya ke pesantren.
Baca Juga: Gak Selalu Berhasil, Ini 7 Bisnis Raffi Ahmad dan Nagita yang Bangkrut
Yaitu ia ingin putra sulungnya itu menjadi anak dan kakak yang baik.
"Udah jangan gitu (ngambek/nangis), kan Aa (Rafathar) mau jadi kakak yang baik. Dari kemaren Aa abisnya gitu terus, ngelawan terus, kan papa bilang jadi anak laki-laki nggak boleh ngelawan, nggak boleh marah-marah," kata Raffi Ahmad.
Saat masa pesantren kilatnya berakhir, Rafatharpun langsung minta pulang dan berjanji tidak akan jadi anak yang mudah marah.
"Aa jadi pulang enggak? Aa mau pulang, Aa janji enggak bakal marah-marah lagi," ucap Rafathar sambil menangis dan memeluk ibunya.
Rafathar mengaku sudah tahu kesalahannya dan kemudian mengungkap berbagai kesalahan yang membuat orang tuanya menitipkan dia ke pesantren.
Melihat penyesalan putranya, Nagita Slavina pun mengumumkan bahwa Rafathar Malik Ahmad sudah boleh pulang ke rumah.
Hanya saja, ia dan Raffi Ahmad bakal sungguh-sungguh menitipkan Rafathar di pesantren bila masih mengulang kesalahan yang sama.
Orangtua mana yang nggak pusing saat anaknya sedang bertingkah? Kendati demikian, ada banyak cara yang bisa Anda lakukan untuk mendisiplinkan anak tanpa kekerasan.
Bentuk kekerasan bukan hanya secara fisik seperti memukul atau mencubit, meneriaki anak juga termasuk bentuk kekerasan yang bisa menyakiti perasaan anak.
Perlu dipahami bahwa cara mendidik anak yang baik tanpa kekerasan harus diutamakan.
American Academy of Pediatrics (AAP) menyatakan bahwa kekerasan atau hukuman fisik tidak efektif untuk mendidik anak menjadi disiplin.
Malah, ini bisa menimbulkan masalah kognitif anak dan kesehatan mentalnya.
Berikut beberapa cara mendisiplinkan anak tanpa kekerasan yang bisa Anda coba, antara lain.
Baca Juga: No Tipu-Tipu, Ini 11 Orang Indonesia yang Benaran Punya Pesawat Jet Pribadi! Ada Raffi Ahmad?
Memberikan contoh yang baik
Anda tentu tak asing lagi dengan pernyataan, anak adalah peniru ulung. Ia akan melihat, merekam, dan meniru apa yang orang sekitarnya lakukan.
Itu sebabnya, untuk melatih anak jadi pribadi yang disiplin, orang tua perlu memberikan contoh.
Ajarkan anak perihal benar dan salah dengan kata-kata dan tindakan yang tenang.
Membuat aturan yang jelas dan konsisten
Aturan yang jelas dan konsisten akan lebih mudah diterapkan oleh anak. Selain itu, anak juga jadi tidak bingung tentang apa yang sebenarnya harus ia lakukan, karena peraturan berlaku konsisten.
Anda perlu memberikan batasan-batasan yang jelas terkait perilaku yang benar dan tidak atau boleh dan tidak boleh dilakukan.
Namun, perlu diingat bahwa aturan yang jelas bukan berarti terlalu ketat. Jangan sampai anak merasa dikekang atau terlalu diatur. Biarkan anak tetap mencoba hal-hal baru sesuai dengan usianya.
Jelaskan Alasan Dibalik Aturan yang Dibuat
Dalam hal membantu anak-anak belajar bagaimana membuat pilihan yang sehat, pendekatan otoritatif adalah yang terbaik karena membantu anak-anak memahami alasan peraturan tersebut.
Daripada mengatakan, "Kerjakan pekerjaan rumah sekarang karena Ibu bilang begitu," coba jelaskan alasan yang mendasari aturan tersebut.
Katakan, "Ini adalah pilihan yang baik untuk mengerjakan pekerjaan rumah terlebih dahulu dan kemudian memiliki waktu luang nanti, karena jika kamu mengerjakannya saat malam hari, kamu akan mengantuk dan tugas sekolah bisa-bisa tidak bisa diselesaikan dengan baik".
Jangan juga berikan penjelasan yang panjang lebar, dan pilihlah alasan yang singkat dan masuk akal.
Baca Juga: 10 Orang Paling Kaya di Indonesia Versi Forbes 2022, Ada Raffi Ahmad?
Memberikan konsekuensi
Cara mendidik anak agar disiplin mematuhi peraturan perlu diimbangi dengan memberikan konsekuensi. Konsepnya mirip dengan reward and punishment.
Dengan tenang dan tegas, cobalah untuk menjelaskan konsekuensi yang akan anak dapatkan jika tidak menaati peraturan. Tentunya setelah Anda menjelaskan alasan peraturan tersebut dilakukan.
Dalam memberikan atau menjelaskan konsekuensi, hindari menggunakan kata-kata atau intonasi yang kasar, sehingga terkesan memarahi anak.
Cobalah dengan lembut dan jelas agar anak benar-benar mengerti akan konsekuensi, bukan merasa takut.
Misalnya, saat anak tidak mau membereskan mainannya, berikan konsekuensi dengan melarangnya bermain pada hari itu.
Memberikan konsekuensi secara logis adalah cara yang baik untuk membantu anak yang berjuang dengan masalah perilaku tertentu.
Memberikan pujian
Selain konsekuensi, penting bagi orang tua untuk memberikan pujian kepada anak atas hal baik yang telah mereka lakukan, atau aturan yang telah mereka jalani dengan baik.
Ini membuat mereka merasa dihargai atas usaha mereka, serta membuatnya lebih termotivasi dan bersemangat melakukan kedisiplinan atau hal baik lainnya.
Baca Juga: Diki-Dikit Jadi Konten, Waspada Ini 7 Bahaya Oversharing di Medsos!