Sonora.ID 0 Manusia tercipta sebagai makhluk sosial. Makhluk yang tidak bisa hidup dan berdiri sendiri tanpa makhluk lain. Menjalin pertemanan sangat penting bagi kehidupan manusia. Berbagai penelitian telah menunjukkan betapa bagusnya memiliki sahabat untuk kesehatan mental kita.
Teman baik dapat membantu kita untuk mengurangi tekanan stres yang melanda.
Akan tetapi, lingkaran pertemanan juga dapat membawa dampak buruk yang berujung menimbulkan beban pikiran bagi kita. Riskan memang, tetapi beginilah realitanya.
Seperti halnya dalam sebuah hubungan, dalam pertemanan pun butuh kepercayaan untuk membangun dan memperkuat pertemanan.
Kepercayaan memungkinkan kita merasa aman dan terlindungi dengan sahabat. Tak lupa, terkadang kita juga menceritakan keluh kesah yang kita alami hanya untuk sekedar melepas penat dengan bercerita.
Kepercayaan mengharuskan kamu untuk menepati janji dan menunjukkan kalau kamu bisa diandalkan serta rasa hormat kepada sahabatmu. Mengkhianati kepercayaan seorang teman, dapat merusak persahabatan.
Baca Juga: Hati-hati dengan Victim Blaming! Dilecehkan Itu Sakit!
Kepercayaan acapkali dihasilkan dari konsistensi. Kamu cenderung paling percaya pada orang-orang yang selalu ada untukmu saat melalui saat-saat baik dan buruk.
Kadangkala, kita juga dihadapkan pada permalasahan maupun pertengkaran kecil dengan teman kita. Dalam menyelesaikan dan mengakhiri hubungan dengan teman bukanlah perkara mudah. Terkadang rasa kecewa dan sakit hati yang kita rasakan ini, jauh lebih menyakitkan dari putus cinta.
Seperti lika-liku yang pernah saya (penulis) temui di lapangan. Dalam perjalanan mencari sesosok teman maupun masuk ke dalam ruang lingkup perkumpulan orang-orang yang bisa kita sebut sebagai 'Genk' ini, pernah juga saya rasakan dan saya alami. Saya bukanlah tipe orang yang mampu bergaul dan berkomunikasi dengan orang lain secara easy going. Saya perlu mengamati, mengenal, mengetahui dan menemukan saat yang tepat untuk memulai komunikasi.
Karena saya merupakan seseorang yang menjunjung tinggi kepercayaan serta kejujuran dalam sebuah pertemanan, maka dari itu saya tidak asal menunjuk dan membaur dengan orang-orang disekitar. Beberapa orang yang tidak mengenal saya secara keseluruhan, seringkali mengatakan bahwa saya merupakan wanita yang sombong dan pemilih dalam pertemanan.
Saya menyikapi semua itu, bukan sebagai masalah. Akan tetapi sebagai ujian pendewasaan. Karena apa yang saya pikirkan dan saya lakukan ini hanyalah semata-mata untuk menjaga diri saya sendiri dalam pergaulan sehari-hari. Memang terkesan agak naif, tetapii jika dipikir-pikir secara rasional, diri kita sendirilah yang mampu membuat dan membangun perlindungan atas diri sendiri dari banyaknya kemungkinan yang nantinya akan terjadi di depan.
Baca Juga: 7 Bukti Kamu Punya Ikatan Batin dengan Seseorang Padahal Baru Kenal
"Salah satu keindahan persahabatan sejati ialah kemampuan untuk saling memahami dan dipahami oleh satu sama lain," kutipan dari salah seorang filsuf Stoik, negarawan, dan penulis drama Romawi pada Zaman Perak sastra Latin bernama Annaeus Seneca.
Berdasarkan kutipan di atas, dapat kita simpulkan bahwa masing-masing pribadi diciptakan berbeda, maka sebaiknya kita menghargai perbedaan-perbedaan itu sekalipun itu masalah prinsip. Perbedaan merupakan keberagaman yang patut kita hormati dan tidak dibawa dalam ranah perdebatan dan perselisihan.