Sonora.ID - Kurang lebih tiga tahun dunia harus menghadapi infeksi berbahaya, virus COVID-19.
Kemudian, usai tiga tahun itu kini China kembali lockdown karena kemunculan hepatitis misterius yang dianggap sebagai Kondisi Luar Biasa (KLB) oleh WHO.
Sebenarnya ada 10 kasus KLB lainnya yang ditetapkan oleh WHO per April 2022, tapi yang membuat heboh adalah hepatitis akut misterius.
Gejala yang ditemukan pada pasien-pasien ini adalah mual, muntah, diare berat, demam, kuning, kejang dan penurunan kesadaran.
Saat ini, Kementerian Kesehatan RI sedang berupaya untuk melakukan investigasi penyebab kejadian hepatitis akut ini melalui pemeriksaan panel virus secara lengkap.
Dinas kesehatan Provinsi DKI Jakarta sedang melakukan penyelidikan epidemiologi lebih lanjut.
Baca Juga: Waspada Hepatitis Misterius, DinKes Solo Ingat Perilaku Hidup Sehat
Virus penyakit mulut dan kuku
Kini muncul kembali virus penyakit mulut dan kuku di Jawa Timur. Atas hal ini, pemerintah Jawa Timur bersiap dengan skema lockdown.
Dikutip dari Gridfame.id, penyakit virus penyakit mulut dan kuku sedang merebak di wilayah Jawa Timur.
Maka itu, pemerintah kemungkinan akan mengambil langkah lockdown per wilayah, desa, atau kecamatan.
Seperti yang disampaikan oleh Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo usai Rapat Koordinasi (Rakor) bersama Forkopimda Jatim di Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Senin (9/5/2022), Pemerintah telah menyiapkan skema lockdown untuk menekan penyebaran virus Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada hewan ternak.
"Kami lihat seperti apa level penyakit yang ada. Kalau tingkat desa, ya desa yang lockdown. Kalau kecamatan, ya lockdown kecamatan," papar Syahrul kepada wartawan, dilansir dari Jatimnow.com (10/05/2022).
Baca Juga: Orang Jawa Timur Waspada! Ditemukan 114 Kasus Kuning Gejala Hepatitis Misterius
Virus penyakit mulut dan kuku sangat cepat tertular ke hewan ternak
Menurut Menteri penularan virus PMK kepada hewan ternak sangat cepat, presentasenya hampir 90 persen.
Lantas, bila ada satu hewan ternak yang terpapar maka potensi besar dalam satu kandang juga tertular.
"Karena mutasi lewat kontak langsung atau angin airborne yang bisa jatuh 3 km. Jadi harus sisihkan ke sana," jelasnya.
Kendati begitu, Syahrul memastikan kalau virus penyakit mulut dan kuku tidak menyerang manusia.
Lantas, ia menghimbau agar masyarakat untuk tidak panik.
Saat ini, pemerintah tengah serius meneliti virus tersebut dan memproyeksikan membuat vaksin sendiri.
"Sesudah itu baru ditentukan vaksin yang cocok. Kemungkinan vaksinnya tadi ibu gubernur, kita buat sendiri saja seperti yang lalu ternyata cukup ampuh," katanya.
Baca Juga: Presiden Jokowi Tinjau Pasar Tambah Rejo dan Kampung Nelayan Bulak Surabaya