Makassar, Sonora.ID - Marissa, merupakan salah satu kader Tuberkulosis (TB) yang mengabdi di Makassar.
Langkahnya, mendampingi panderita hingga sembuh menjadi perjuangan yang berat. Ini lantaran rendahnya kesadaran untuk berobat.
Seperti dalam data yang dirilis Dinas Kesehatan di tahun 2019, tercatat hanya 43 penderita atau 31 persen yang menyelesaikan pengobatan.
”Anak-anak saya sudah besar, saya sibuk dengan hal yang positif, mencari pengalaman, kalau tidak ada pengalaman sia-sialah hidup kita. Saya yang dipilih puskesmas di kelurahan saya dan ini yang memotivasi saya bagaimana saya mau melihat Kota Makassar sehat, ada panggilan sendiri bukan hanya untuk TBC saja tapi posyandu juga," ujarnya, Selasa (17/5/2022).
Baca Juga: Dinkes Makassar Temukan Seribu Lebih Orang Menderita Tuberkulosis
Dia menceritakan, pengalaman berkesan selama ini di mana seorang pasien TB bernama Tn. M yang enggan memulai pengobatan di Makassar.
Setelah dilacak beberapa kali oleh kader dan Manajer Kasus (MK), Tn. M ditemukan di tempat kerjanya dalam keadaan memprihatinkan.
Pasien mengeluhkan kondisi kesehatan yang memburuk serta keluhan sesak dikarenakan penyakitnya.
Pihaknya kemudian memberikan edukasi dan motivasi bagi pasien dan keluarganya. Akhirnya, setelah pasien dan keluarga mengerti pentingnya untuk pasien segera mendapatkan pengobatan, keluarga setuju untuk mengantar Tn. M ke RSUD Labuang Baji dengan didampingi oleh ibu Marissa dan MK (Manajer Kasus).
Di wilayahnya, saat ini Marissa dikenal sebagai kader TBC. Ke mana pun Marissa pergi, beliau selalu membawa pot dahak di dalam tasnya untuk memudahkan beliau mengumpulkan dahak untuk dibawa ke puskesmas jika ada laporan di wilayah RT atau masyarakat tentang pasien dengan gejala TBC.
Selain itu, selalu siap untuk memberikan penyuluhan tentang TBC jika diminta dan bahkan berperan dalam Forum Musrenbangda tingkat kelurahan untuk menyuarakan tentang pentingnya meningkatkan kesadaran TBC di masyarakat.
’’Setelah jadi kader, saya lebih mengenal TBC. Sangat beda sekali. Banyak sekali yang saya dapat setelah ikut pelatihan. Dari tidak tahu menjadi tahu. Walaupun dengan umur saya yang sudah tidak muda lagi, masih ada hal-hal yang tetap diajari oleh Pak Dewa (MK)," jelasnya.
Perjuangan dalam mendampingi dan memberikan dukungan bagi pasien TB untuk memulai pengobatan juga tidak mudah.
Namun, ini bukan menjadi penghalang atau menurunkan semangat untuk membantu pasien.
Marissa bahkan membantu mengurus dokumen pasien yang tidak memiliki Kartu Jaminan Kesehatan, mengantarkan pasien menggunakan bentor, bahkan membelikan makan dan minum untuk pasien tanpa imbalan apapun.
Baca Juga: Selama Bulan Februari 2022 Hanya ditemukan 133 Kasus, TBC di Wonogiri Menurun
”Kemampuan yang ada pada saya, saya berikan walaupun tidak seberapa tapi saya berikan dengan tulus. Ada keterpanggilan sebagai seorang kader, harus berbagi kasih, bukan hanya ke dalam tapi keluar dengan sesama kita,"
"(Saya berpikir) Oh Tuhan, di luar sana masih banyak saudara-saudara saya yang membutuhkan bantuan, ini kesempatan saya bersama Pak Dewa (MK), biarpun lelah pokoknya saya bisa berbagi kasih. Itu yang dorongan dari dalam hati," sambungnya
Dari kisah ini, kita bisa belajar bahwa semua orang punya peran untuk jalan menuju eliminasi TBC 2030.
Walau pun terlihat kecil di mata orang lain, tapi bagi pasien yang mendapatkan manfaat dan bisa berobat sampai sembuh, itu adalah luar biasa.
Dengan adanya satu orang kader yang mau bergerak dengan tulus dalam satu kelurahan bisa memberi dampak dalam Eliminasi TBC di Kota Makassar. Satu orang berkarya, banyak orang yang dapat manfaatnya.